Bank sentral Tiongkok atau People's Bank of China (PBOC) menyatakan bahwa Ant Group bisa melanjutkan rencananya untuk menawarkan saham perdana alias IPO jika mengikuti aturan yang berlaku. Pertanyaan ini dikeluarkan setelah pendiri Alibaba Jack Ma muncul ke hadapan publik pada pekan lalu (20/1), pasca-‘menghilang’ hampir tiga bulan.
Perusahaan teknologi finansial (fintech) yang terafiliasi dengan Alibaba itu memang berencana IPO pada akhir tahun lalu. Namun, IPO ini ditunda setelah Jack Ma dipanggil oleh pemerintah Tiongkok pada November 2020.
Ma dipanggil oleh Beijing setelah berpidato dalam acara Bund Summit di Shanghai pada akhir Oktober 2020 lalu. Saat itu, Ma mengatakan bahwa Beijing menghambat inovasi, khususnya di bidang keuangan.
Pendiri Alibaba itu pun ‘menghilang’ setelahnya, dan baru muncul pada pekan lalu (20/1). Seminggu setelah itu, Gubernur PBOC Yi Gang mengatakan, hal yang menimpa Alibaba dan Ant Group merupakan persoalan yang rumit.
Ia menekankan bahwa proses yang melibatkan kedua perusahaan milik Jack Ma itu terkait peraturan. “Harus mengikuti prosedur hukum,” kata Yi dalam diskusi panel di World Economic Forum, dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (27/1). “Ant Group perlu mengatasi masalah seperti privasi pengguna.”
Jika persoalan tersebut diselesaikan, Ant Group bisa kembali ke operasional bisnis seperti sebelumnya. “Setelah masalah diselesaikan, dapat kembali ke jalurnya untuk melanjutkan pertimbangan berdasarkan hukum,” kata Yi.
Ketika ditanya apakah pernyataan itu terkait pada IPO Ant Group. Yi mengatakan bahwa fintech itu hanya perlu mengikuti standar hukum. “Maka, Anda akan mendapatkan hasilnya,” ujar dia.
Sebelumnya, Beijing meminta Ant Group merombak bisnis, sehingga hanya berfokus pada layanan pembayaran. Ini dilakukan karena pertumbuhan bisnis anak usaha Alibaba itu sangat cepat, terutama di sektor pinjam-meminjam, asuransi, dan investasi.
Itu diajukan setelah regulator keuangan Tiongkok menerbitkan aturan baru terkait kredit mikro berbasis digital pada November 2020 lalu. Otoritas mewajibkan perusahaan teknologi yang terlibat dalam bisnis ini untuk mengajukan izin dan memiliki dana cadangan yang cukup.
Bank sentral juga telah memanggil eksekutif Ant Group pada akhir pekan lalu. “Kami meminta mereka ‘memperbaiki’ layanan pinjaman, asuransi, dan manajemen kekayaan atau investasi,” kata PBOC dalam pernyataan resmi, dikutip dari Bloomberg, bulan lalu (27/12/2020).
Setelah aturan itu terbit, Ant Group belum memberikan kepastian terkait kapan akan IPO. Padahal, IPO Ant Group diprediksi meraup dana segar US$ 37 miliar (Rp 536,5 triliun), mengalahkan rekor Saudi Aramco US$ 29,4 miliar (Rp 426,3 triliun) di bursa Riyadh pada Desember 2019.
Kini, PBOC mengeluarkan pernyataan terkait potensi Ant Group kembali melanjutkan rencananya untuk IPO. Pernyataan ini keluar setelah Jack Ma muncul di hadapan publik, dan di tengah kabar Beijing bakal menasionalisasi Alibaba dan Ant Group.
Sumber IB Times mengatakan, penyelidikan pemerintah terhadap Alibaba dan Ant Group tersebut merupakan bukti tekad Beijing untuk menasionalisasi kedua perusahaan Jack Ma itu. Sumber internal di bidang industri keuangan digital, Song Qing pun menyampaikan hal serupa.
“Pasti akan ada hasil. Sekarang mereka telah memulai penyelidikan,” kata dia kepada Radio Free Asia dikutip dari IB Times, tiga pekan lalu (8/1). “Ini mungkin datang (perintah) dari level tertinggi.”
Level tertinggi yang dimaksud kemungkinan pimpinan Partai Komunis. Media yang didukung oleh partai, People's Daily pun melaporkan beberapa minggu lalu, bahwa penyelidikan terkait antimonopoli bertujuan pada perkembangan yang lebih baik.
Surat kabar itu juga melaporkan, partai Politbiro berpikir bahwa penyelidikan antimonopoli harus diperkuat untuk mencegah ekspansi modal yang tidak teratur.
Song Qing setuju dengan pandangan tersebut. "Beberapa minggu lalu, mereka menetapkan rencana untuk menasionalisasi Ant Group dan Alibaba. Waktunya disengaja,” kata dia. “Semua rencana itu datang dari pimpinan pusat.”
Selain itu, menurutnya pemerintah Tiongkok ingin memberikan pelajaran kepada Alibaba setelah Jack Ma berpidato terkait peraturan yang dianggap menghambat. "Nasionalisasi ini pasti terjadi, dan (penyelidikan antimonopoli) kemungkinan akan mempercepat proses itu,” ujarnya.
Apalagi, pada Oktober lalu, Presiden Tiongkok sekaligus sekretaris jenderal Partai Komunis Xi Jinping mengatakan, ingin menjadikan perekonomian Negara Panda yang lebih terkendali. Para pengamat mengasumsikan bahwa Xi ingin mengubah pola kepemilikan aset negara.
IB Times melaporkan, People's Bank of China, Komisi Pengaturan Perbankan Tiongkok, Komisi Pengaturan Sekuritas Tiongkok, dan Administrasi Valuta Asing Negara dilibatkan dalam penyelidikan terhadap Alibaba.