Kominfo Mulai Bangun Satelit SATRIA, Internet Ditarget Capai Pelosok

Kominfo
Ilustrasi Satelit SATRIA
Penulis: Desy Setyowati
23/6/2021, 16.21 WIB

Satelit dinilai menjadi salah satu solusi pemerataan akses internet di Indonesia. Saat ini, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kominfo) memulai tahap konstruksi SATRIA-1.

"Sudah mencapai pemenuhan pembiayaan (financial close) pada 31 Maret. Saat ini dalam proses konstruksi," kata Direktur Infrastruktur BAKTI Bambang Nugroho saat acara virtual, dikutip dari Antara, Rabu (23/6).

Ia menyampaikan, penggunaan satelit menjadi salah satu solusi untuk pemerataan akses internet di Tanah Air. “Pemanfaatan satelit tak bisa dihindari karena letak geografis Indonesia,” katanya.

Keadaan geografis Indonesia, yang merupakan negara kepulauan dan banyak perbukitan, membuat tidak semua titik bisa dijangkau jaringan telekomunikasi berbasis kabel serat optik.

Ia mengatakan, pembangunan kabel serat optik akan sulit di sejumlah wilayah. Selain itu, membutuhkan biaya yang sangat tinggi.

Untuk itu, kementerian membangun SATRIA-1 dengan kapasitas 150 GB per detik. Satelit ini akan menyediakan internet di 150 ribu titik layanan publik, yang saat ini belum terakses internet memadai.

Sebanyak 93.900 titik di antaranya merupakan sekolah dan pesantren. Lalu pemerintah daerah (47.900), fasilitas kesehatan (3.700), Polsek (3.900), serta kementerian dan lembaga lainnya (600).

Dengan asumsi peningkatan jaringan internet di titik yang belum terkoneksi mencapai 3% per tahun, SATRIA-1 menjanjikan penghematan biaya Rp 29 triliun selama 15 tahun. Dari sektor e-government diprediksi menghemat anggaran pemerintah Rp 4 triliun.

Lalu dari sektor e-education ditaksir ada efisiensi Rp 3 juta per sekolah per tahun. Ini karena ujian nasional berbasis kertas berubah menjadi UNBK. Dalam 15 tahun, penghematan di sektor ini diramal Rp 59 miliar.

Di sektor e-healthcare, penghematan diperkirakan Rp 59,3 miliar selama 15 tahun.

Pembangunan Satelit SATRIA-1

Pembangunan satelit SATRIA-1 menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), konsorsium Pasifik Satelit Nusantara sebagai pemenang tender.

Konstruksi satelit multifungsi tersebut dibangun setelah menandatangani Preliminary Working Agreement atau Perjanjian Pendahuluan. Ini dilakukan oleh badan usaha pelaksana, PT Satelit Nusantara Tiga, bagian dari konsorsium, dan pabrikan satelit Thales Alenia Space yang berada di Prancis.

Bambang menyampaikan, konstruksi sudah 11,5%. Sudah ada pertemuan dengan Thales Alenia Space, tinjauan payload system requirement dan service and communications module equipment qualification status review (EQSR).

BAKTI juga sudah bertemu dengan SpaceX, penyedia roket yang akan meluncurkan SATRIA-1 ke orbit. Satelit ini bakal menempati slot orbit 146 Bujur Timur.

Pembangunan SATRIA-1 akan berlangsung hingga 2023, atau sekitar dua tahun lagi. Pemerintah menargetkan satelit ini meluncur pada kuartal ketiga 2023 dan beroperasi di akhir tahun.

Struktur pembiayaan satelit terdiri dari porsi ekuitas (22%) US$ 114 juta atau Rp 1,61 triliun dan porsi pinjaman (78%) US$ 431 juta atau Rp 6,07 triliun.

Porsi pinjaman berasal dari sindikasi Bank Kredit Ekspor Prancis (BPI France) dan dukungan antara lain HSBC Continental Europe, Banco Santander dan The Korea Development Bank.

Direktur Utama PT Pasifik Satelit Nusantara Adi Rahman Adiwoso menyampaikan akan memulai pembangunan stasiun di bumi untuk mengontrol satelit, pada Agustus.

Reporter: Antara, Intan Nirmala Sari