Tencent Masih Diincar Cina meski Pertumbuhan Pendapatan Melambat

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
ilustrasi PUBG
19/8/2021, 11.04 WIB

Tencent mencatatkan perlambatan pertumbuhan pendapatan setelah beberapa kali didenda oleh Tiongkok. Meski begitu, Cina mulai mengincar gim online, bisnis yang digarap Tencent lewat PUBG.

Pendapatan Tencent tumbuh 20% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 138,26 miliar yuan atau Rp 306 triliun pada kuartal II. Labanya 42,6 miliar yuan atau Rp 95 triliun.

Penghasilan dari lini bisnis game online tumbuh melambat, yakni hanya naik 12% menjadi 43 miliar yuan atau Rp 95 triliun. Tahun lalu, divisi ini tumbuh 40% dengan pendapatan 38,29 miliar yuan atau Rp 81,6 triliun

Kini, giliran divisi teknologi finansial (fintech) yang meningkat 40% menjadi 41,9 miliar yuan atau Rp 92 triliun.

Analis menilai bahwa pertumbuhan bisnis game online yang lemah karena regulasi ketat pemerintah Cina. Beijing juga beberapa kali mendenda Tencent terkait monopoli.

Kini, Cina mulai mengkaji kebijakan yang membatasi waktu pengguna anak-anak bermain game online.

Padahal, data internal Tencent menunjukkan bahwa pemain di bawah 16 tahun menyumbang 2,6% pendapatan kotor bisnis gim di Tiongkok. Sedangkan pengguna di bawah 12 menyumbang 0,3%.

"Ini menjadi kekhawatiran bahwa tindakan keras terhadap pengeluaran dan waktu bermain para pengguna akan mengganggu pertumbuhan pendapatan. Ini harus diredakan," kata analis Bloomberg Intelligence Matthew Kanterman dikutip dari South China Morning Post, Rabu (18/8).

Regulator Tiongkok memang berencana memperkuat pemeriksaan terhadap pengembangan game online. Selain itu, “memiliki ‘toleransi nol’ terhadap mereka yang mendistorsi sejarah,” kata National Radio (CNR) dalam kolom komentar di situs dikutip dari Reuters, akhir pekan lalu (14/8).

Tindakan keras pemerintah Tiongkok itu merupakan respons dari serangkaian artikel kritis yang menyerang bisnis game online. Salah satu berita yang tayang di media pemerintah bulan ini menyebutkan bahwa gim online menjadi ‘candu spiritual’.

Artikel itu melaporkan bahwa anak-anak kecanduan bermain game online dan mendesak pembatasan yang lebih ketat. Ini membuat saham pengembang PUBG, Tencent Holdings Ltd dan perusahaan video game lainnya tergelincir.

Artikel lainnya menyebutkan usulan penghapusan keringanan pajak bagi industri game online.

CNR mengatakan, game online yang mendistorsi sejarah dapat menyesatkan kaum muda. Lembaga ini mengutip salah satu contoh gim di mana jenderal Tiongkok dan pahlawan nasional di Dinasti Song, Yue Fei digambarkan sebagai capitulator.

Menyikapi tekanan itu, Tencent segera mengumumkan peraturan baru bermain gim populer buatannya, yaitu Honor of Kings. Waktu bermain anak-anak dibatasi.

Tencent juga sebelumnya menyiapkan sistem patroli tengah malam atau midnight patrol agar pemain di bawah 18 tahun berhenti sebelum larut malam. Sistem bekerja dengan cara mengidentifikasi wajah pemain game online

Ada ketentuan sebelum bermain gim, pemain mesti mendaftar dan melakukan identifikasi wajah. Rekaman identifikasi wajah tersebut akan menjadi basis data perusahaan.

Selanjutnya, ketika larut malam teknologi pengenalan wajah akan mengeluarkan pemain yang teridentifikasi di bawah 18 tahun dari aplikasi. Pada tahap awal, lebih dari 60 aplikasi gim Tencent akan menerapkan sistem ini.

Jika ada pemain di atas 18 tahun tidak sengaja dikeluarkan dari aplikasi, pemain bisa masuk lagi dengan melakukan pemindaian wajah lain.

"Kami melakukan pemeriksaan wajah untuk akun yang terdaftar dengan nama asli, dan yang telah diputar selama jangka waktu tertentu di malam hari,” kata Tencent dalam keterangan dikutip dari Gizmod, bulan lalu (7/7).

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan