Potensi pertanian di Indonesia dinilai belum digarap maksimal. Microsoft dan startup agrikultura TaniHub Group menilai, penerapan teknologi bisa memaksimalkan peluang dan memodernisasi sektor ini.
Namun, Indonesia butuh tiga hal untuk memodernisasi pertanian. Pertama, banyak pengembang atau developer.
Director National Technology Officer Microsoft Indonesia Panji Wasmana mengatakan, developer dibutuhkan untuk menciptakan inovasi solusi yang relevan dapat menjawab kebutuhan di sektor pertanian.
“Indonesia tidak mungkin hanya bergantung kepada beberapa institusi atau inovator. Semakin banyak developer yang terlibat, semakin banyak pula rekan-rekan startup yang mulai menunjukkan ketertarikan dalam dunia pertanian,” kata Panji dalam konferensi pers berjudul ‘Pembukaan Cultivhacktion: Bertani itu Hebat, Menjadi Petani itu Keren’ Jumat, (24/9).
Solusi inovasi berbasis teknologi dapat memodernisasi rantai pasok pertanian. Selain itu, membantu para petani meningkatkan produksi.
Teknologi yang bisa digunakan seperti sensor, drone flight, dan farm equipment. Ini dapat digunakan untuk mengumpulkan data secara real-time.
“Itu akan membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik,” kata Panji.
Data-data yang dikumpulkan bisa diolah menggunakan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) untuk mengetahui kondisi lahan secara remote sensing. Melalui analisis data ini, petani juga dapat mengetahui pola cuaca di berbagai daerah.
Pada akhirnya, penerapan AI dapat membantu para petani memproyeksikan waktu yang tepat untuk menanam, tanaman yang bisa ditanam, dan mengetahui permintaan pasar.
Hal kedua yang dibutuhkan yakni meningkatkan keahlian para pelaku usaha di sektor pertanian dan petani, khususnya di bidang teknologi. “Pelaku industri, termasuk para petani harus dapat menggunakan solusi yang dikembangkan,” kata dia.
Ia berharap, gencarnya digitalisasi memunculkan minat generasi milenial terhadap industri agribisnis. Dengan begitu, dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi sektor pertanian.
Faktor ketiga, inovasi. CEO TaniHub Group Pamitra Wineka menyampaikan, berdasarkan kajian di beberapa negara, ada beragam inovasi di sektor pertanian.
Ia mencontohkan Uber yang menyediakan layanan sewa traktor untuk petani. Lalu, ada kurir pupuk bagi petani skala kecil.
Ada juga inovasi menggunakan sentor Internet of Things (IoT), yang memungkinkan petani mendeteksi kondisi lahan hanya 10 menit. Hasilnya bisa disampaikan kepada perbankan dan lembaga keuangan lain untuk mendapatkan pinjaman.
“Mungkin ini bisa menjadi salah satu peluang bagi Indonesia untuk mendapatkan solusi tersebut,” kata Pamitra.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pun mengatakan, pertanian berkontribusi 13% terhadap perekonomian Indonesia. Ini juga menjadi sumber mata pencaharian bagi 33 juta petani.
“Industri ini memiliki potensi pertumbuhan yang begitu besar. Ini terbukti dari tumbuhnya Nilai Tukar Usaha Pertanian Indonesia hingga 104% dalam dua tahun terakhir,” kata Syahrul.
Untuk mendukung modernisasi sektor pertanian, TaniHub Group, Kelompok Bank Dunia, dan Microsoft Indonesia memprakarsai Cultivhacktion. Ini bertujuan menghadirkan solusi teknologi bagi percepatan transformasi digital di bidang pertanian.
Cultivhacktion berasal dari tiga kombinasi kata, yakni membudidayakan (cultivate), acara para pegiat teknologi (hackaton), serta tindakan (action). Kegiatan ini didukung oleh beberapa organisasi seperti Plug and Play, FAO, Institut Pertanian Bogor, Data Science Indonesia, GrowAsia, Planet, dan MDI Ventures.
Periode pendaftaran dibuka mulai 9 September hingga 5 Oktober. Peserta hanya perlu mengikuti bootcamp pertanian dan teknologi. Ada sepuluh peserta yang akan dipilih dan diberi kesempatan untuk mengembangkan prototipe solusi yang diusulkan kepada Microsoft Azure.
Penyumbang bahan: Nada Naurah (magang)