Alibaba mencatatkan penurunan laba bersih 81% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal III. Sedangkan JD.Com merugi. Kedua raksasa e-commerce ini menghadapi pengetatan kebijakan di Cina.
HindustanTimes melaporkan, laba Alibaba turun dari 28,77 miliar yuan pada kuartal III 2020 menjadi 5,37 miliar yuan atau US$ 833 juta. Namun perusahaan mengatakan ini bukan karena regulasi di Cina.
Raksasa e-commerce itu menyampaikan, penurunan laba tersebut karena investasi di bidang strategis utama seperti segmen pasar konsumen tingkat bawah dan operasi internasional.
Meski begitu, pendapatan Alibaba melebihi ekspektasi analis. Perusahaan milik Jack Ma ini mencatatkan peningkatan pendapatan 29% yoy menjadi 200,69 miliar yuan atau US$ 31,4 miliar.
JD.Com pun mencatatkan kerugian bersih 3,3 miliar yuan atau US4 507 juta pada kuartal III. Ini membaik dibandingkan tahun lalu 7,6 miliar yuan atau US$ 1,1 miliar.
“Ini terutama karena penurunan nilai investasi perusahaan e-niaga,” kata JD.Com dalam pernyataan tertulis, dikutip dari Tech In Asia, Sabtu (20/11).
Namun, JD.Com juga membukukan kenaikan pendapatan bersih 25,5% yoy menjadi 218,7 miliar yuan atau US$ 33,9 miliar.
"Pertumbuhan pendapatan JD.com itu mengalahkan ekspektasi rata-rata analis," demikian dikutip dari KrAsia. Banyak analis yang memperkirakan bahwa pendapatan JD.com mencapai US$ 33,54 miliar.
Pendapatan JD.Com terdorong oleh kinerja layanan ritel online yang melonjak 22,9% menjadi 186 miliar yuan atau US$ 28,8 miliar.
Presiden JD.com Xu Lei mengatakan, meskipun menghadapi gangguan ekonomi makro dan gangguan berkelanjutan dalam rantai pasok akibat pandemi Covid-19, perusahaan mampu menunjukkan kinerja bisnis yang baik.
Laba Alibaba turun dan JD.Com merugi meski transaksi saat festival belanja 11.11 melonjak. Keduanya mencetak rekor penjualan selama festival belanja 11.11 yakni 889,4 miliar yuan atau sekitar Rp 1.981 triliun.
Raksasa e-commerce Cina Alibaba meraih nilai transaksi bruto atau GMV 540,3 miliar yuan atau sekitar Rp 1.203 triliun. Sedangkan JD.Com membukukan 349,1 miliar yuan atau setara Rp 778,62 triliun.
Transaksi 11.11 Alibaba meningkat 8% yoy atau dibandingkan tahun lalu 498,2 miliar yuan. Sedangkan JD.Com mencatatkan kenaikan 28% dari 271,5 miliar yuan pada 11.11 2020.
Rekor penjualan terjadi meskipun ada kekhawatiran tentang kekuatan konsumen Cina dan dampak tindakan keras Beijing terhadap perusahaan teknologi.
“GMV dan volume transaksi tidak diterjemahkan ke dalam pendapatan langsung untuk JD.Com dan Alibaba,” demikian dikutip dari CNBC Internasional, dua pekan lalu (12/11). “Mereka juga tidak memperhitungkan item yang dikembalikan. Angka-angka ini terkait volume transaksi di kedua platform.”
JD.Com mengatakan, ada lonjakan pembelian produk mewah dan barang-barang yang berhubungan dengan hewan peliharaan. Penjualan iPhone buatan Apple di JD.Com melampaui 100 juta yuan dalam dua detik.
Alibaba dan JD.Com juga mencatatkan pertumbuhan transaksi di kota-kota kecil di Cina. Pasar ini juga menjadi fokus utama perusahaan e-commerce, karena ingin menumbuhkan basis pengguna.
“Pengguna menengah ke bawah menyumbang 77% dari semua transaksi selama 11.11,” kata JD.Com. “Kami melihat pertumbuhan konsumsi yang cepat dari pasar ini dalam peralatan rumah tangga, obat-obatan dan dekorasi rumah.”