Tanah Virtual Jadi Incaran Warga Taiwan dan Korea, Ini Cara Membelinya

123RF
Ilustrasi. Tanah virtual diciptakan menggunakan lapisan jaringan digital yang terhubung secara geografis. Seperti NFT alias non-fungible token
Editor: Agustiyanti
27/12/2021, 20.13 WIB

 "Anda tidak dapat membeli lahan di dunia nyata tanpa uang, dan hal yang sama berlaku untuk lahan virtual," demikian dikutip dari The Motley Fool. 

Pembeli dapat mengakses platform seperti Decentraland dan The Sandbox. Platform berbasis blockchain ini memungkinkan pengguna membeli tanah, bermain game, dan saling berinteraksi. 

Setelah mengakses platform, pembeli mendaftarkan akunnya. Pembeli kemudian dapat masuk ke akun dan menelusuri jenis lahan seperti parcels atau estates.

Pembeli juga dapat bertransaksi menggunakan platform pihak ketiga yang menawarkan peluang pembelian dan penjualan, seperti OpenSea atau NonFungible.com.  Melalui platform pihak ketiga ini, pembeli dapat melihat bidang tanah virtual serta harga yang diminta dalam mata uang lokal yang setara dengan dunia nyata.  

Apabila pembeli menemukan lahan yang sesuai, pembeli cukup mengkliknya dan membelinya. Pada platform Decentraland, pembeli juga dapat membuat penawaran pada properti di dalam platform dan pemiliknya berhak menerima atau menolak penawaran pembeli.

Pembeli kemudian melakukan transaksi lewat blockchain yang membutuhkan waktu satu menit. Transaksi juga dicatat menggunakan pengenal anonim. Pembeli kemudian mendapatkan hak kepemilikan lahan virtual tersebut.

Meski tanah virtual diminati oleh warga Taiwan, Korea, hingga perusahaan Adidas, pakar internet AS dari George Washington University Dave Karpf memperingatkan bahwa lahan virtual tidak memiliki nilai fundamental. Karpf mengatakan, pembeli percaya bahwa mereka berada pada tahap awal masa depan digital. Nilai investasi pun akan meningkat secara eksponensial. 

 "Tapi ini adalah spekulasi murni dan tidak diatur. Ini perjudian. Beberapa orang akan beruntung dan menjadi kaya. Tapi banyak yang akan kehilangan investasi mereka," katanya.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan