Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny G Plate melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat (AS). Tujuannya, memastikan kemajuan pembuatan satelit di Boeing, SpaceX milik Elon Musk, dan Hughes Network System.
Boeing merupakan perusahaan manufaktur satelit untuk proyek Hot Backup Satellite (HBS). Sedangkan SpaceX ialah penyedia roket peluncur (rocket launcher) untuk HBS tersebut.
Lalu, Hughes Network System menyediakan solusi broadband bagi satelit dengan teknologi High Throughput Satellite (HTS) yang digunakan oleh HBS.
HBS adalah satelit cadangan. Tujuannya sebagai alternatif jika terjadi sesuatu pada Satelit Satria-1, yang rencananya akan meluncur pada Juni 2023.
Sebab, peluncuran Satelit Satria 1 sangat berisiko, seperti jatuh. Sedangkan satelit dibutuhkan untuk menjangkau daerah terpencil yang sulit terjangkau internet.
Johnny pun didampingi oleh Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Kominfo Anang Latif, Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Ismail, serta Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Usman Kansong.
“HBS dipilih dalam rangka menyediakan dukungan cadangan untuk memitigasi segala risiko yang mungkin terjadi pada Satelit Satria-1. Selain memiliki fungsi utama sebagai cadangan, penyediaan HBS bertujuan menambah kecepatan internet dan meningkatkan user experience atau pengalaman pengguna," ujar Anang dalam keterangan pers, Senin (25/7).
Bakti Kominfo menandatangani kontrak proyek HBS dengan pemenang lelang Konsorsium Nusantara Jaya pada Maret. Konsorsium Nusantara Jaya merupakan gabungan dari beberapa perusahaan, yaitu PT Satelit Nusantara Lima, PT DSST Mas Gemilang, PT Pasifik Satelit Nusantara, dan PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera.
Proyek pembuatan HBS berlangsung sejak 19 Oktober 2021 ketika Kementerian Kominfo, melalui Bakti, melaksanakan pengadaan dengan berpedoman pada Peraturan Direktur Utama BAKTI Nomor 4 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa Penyediaan HBS untuk Transformasi Digital.
Dirjen SDPPI Kementerian Kominfo Ismail menjelaskan, teknologi satelit itu merupakan pilihan paling tepat untuk mengatasi masalah pemerataan akses internet di Indonesia.
“Dengan satelit, titik-titik terpencil dapat dijangkau dengan relatif mudah dan merata. Teknologi satelit melengkapi berbagai penyediaan infrastruktur akses sinyal dan internet yang telah dibangun Kominfo seperti jaringan tulang punggung internet berkecepatan tinggi dan ribuan menara internet atau BTS 4G di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T)," katanya.
Program HBS direncanakan memulai konstruksi tahun ini. HBS ditargetkan meluncur pada kuartal I 2023 dan bisa beroperasi pada kuartal IV 2024.
Selain Boeing, SpaceX dan Hughes Network System, Johnny mengunjungi Qualcomm, Cisco, Maxar, dan Meta.