Cina mulai membuat proyek reaktor nuklir antariksa. Listrik yang dihasilkan mampu mendukung 10 stasiun luar angkasa internasional menurut perkiraan NASA.
“Kementerian Sains dan Teknologi Cina menyetujui proyek reaktor nuklir luar angkasa yang bertujuan menghasilkan megawatt listrik,” demikian dikutip SpaceNews akhir pekan lalu (1/9).
Misi luar angkasa biasanya mengandalkan tenaga nuklir jika sinar matahari lemah seperti sisi jauh bulan atau permukaan Mars. NASA, Defense Advanced Research Projects Agency atau DARPA, dan Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) juga memiliki proyek nuklir.
Kementerian Sains dan Teknologi Cina mengumumkan persetujuan tersebut setahun setelah ahli memperingatkan AS untuk membuat proyek nuklir luar angkasa lebih banyak.
“Pesaing strategis termasuk Cina secara agresif berinvestasi dalam berbagai teknologi luar angkasa, termasuk tenaga nuklir dan propulsi,” ujar penasihat senior NASA untuk anggaran dan keuangan Bhavya Lal.
"Amerika Serikat perlu bergerak dengan langkah cepat untuk tetap kompetitif dan menjadi pemimpin dalam komunitas antariksa global," lanjut Lal berbicara di depan Komite Sains, Antariksa, dan Teknologi Dewan Perwakilan Rakyat AS.
NASA memang sudah terlibat dalam membangun infrastruktur untuk misi perjalanan ke bulan di bawah program Artemis. Ini termasuk menguji teknologi luar angkasa.
Namun, perjalanan ke permukaan bulan diperkirakan baru akan digelar pada 2025.
Sedangkan Cina sudah menggunakan tenaga nuklir selama misi luar angkasa ke bulan. Saat itu, Tiongkok menggunakan Chang'e 3 dengan generator nuklir bertenaga plutonium untuk bertahan di bulan pada malam hari selama dua minggu.
Cina juga mengkaji pembuatan reaktor nuklir luar angkasa sejak 2019. “Ini sebagai bagian dari kepentingan Cina dalam mengembangkan tenaga nuklir untuk digunakan di luar angkasa," kata SpaceNews.
Media lokal yang didukung Beijing melaporkan bahwa prototipe desain nuklir luar angkasa selesai tahun lalu.