Amazon dikabarkan berencana akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sekitar 10.000 karyawan mulai minggu ini. Langkah ini disebut bakal menjadi PHK terbesar dalam sejarah perusahaan.
The New York Times melaporkan rencana perusahaan yang dimiliki orang terkaya dunia Jeff Bezos itu, dari orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Laporan tersebut mengatakan pemotongan karyawan akan fokus pada tim perangkat Amazon seperti perangkat suara Alexa, tim divisi ritel, dan human resources. Dijelaskan bahwa PHK akan dilakukan secara bertahap tim per tim.
Jika sebanyak 10.000 karyawan yang di PHK, maka akan mengurangi sebanyak 3% karyawan Amazon dan kurang dari 1% karyawan secara global yang terdiri dari pekerja per jam.
Pandemi membuat Amazon untung besar lantaran konsumen beralih belanja online dan layanan Cloud perusahaan.
Amazon bahkan menggandakan tenaga kerjanya dalam dua tahun dan melakukan ekspansi dan eksperimen besar.
Sejak awal tahun ini, pertumbuhan Amazon melambat hingga ke titik terendah dalam dua dekade. Perusahaan menghadapi biaya tinggi dari investasi berlebihan sementara terjadi perubahan belanja dan inflasi tinggi menghambat penjualan.
Pada 2019 Amazon melaporkan memiliki 798.000 karyawan. Sebanyak 1,6 juta karyawan penuh dan paruh waktu pada 31 Desember 2021, meningkat 102%.
Namun, hingga saat ini pihak Amazon belum menanggapi hal ini. Dalam beberapa bulan terakhir, Amazon menutup layanan telehealth, menghentikan Amazon Glow layanan video call untuk anak-anak, menutup hampir semua layanan call centers, menghentikan robot delivery, hingga menutup dan menunda beberapa lokasi gudang baru.
Saham Amazon turun sekitar 2% pada hari Senin (14/11). Pada kuartal ketiga tahun ini, Amazon melaporkan penurunan laba bersih dari sebelumnya US$ 3,2 miliar atau setara Rp 49,76 triliun dengan rerata kurs Rp 15.552 US$ menjadi US$ 2,9 miliar, atau sekitar Rp 45,10 triliun.
Seperti dilaporkan Reuters, setidaknya lebih dari US$ 200 miliar atau setara Rp 3.110 triliun nilai kapitalisasi pasar di bursa AS menguap pada perdagangan kemarin.
Ini terjadi setelah perkiraan pendapatan yang melemah dari Amazon menambah serangkaian laporan kuartalan yang suram dari perusahaan Big Tech di Amerika.
Saham Amazon jatuh 17% setelah pembukaan perdagangan dan menyebabkan nilai kapitalisasi pasarnya lenyap US$ 190 miliar.
"Penurunan saham Amazon menjadi kerugian satu hari terdalam sejak 2006," tulis Reuters, dikutip Jumat (28/10).
Pada 2018, Amazon menghentikan ratusan karyawan perusahaan dan sebanyak 1.300 karyawan di PHK perusahaan pada tahun 2001.