XL Axiata dan Link Net Lebur Produk, Incar Tambahan 40% Pelanggan Baru

ANTARA FOTO/Yusran Uccang/aww.
Pekerja melakukan pemeliharaan jaringan di salah satu tower BTS XL di Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah, Kamis (16/3/2023).
Penulis: Lavinda
26/5/2023, 15.23 WIB

PT XL Axiata Tbk menargetkan pertumbuhan 40% pelanggan baru dari produk terbaru gabungan layanan Link Net dan XL Satu. Penggabungan layanan ini merupakan bagian dari implementasi bisnis Fixed Mobile Convergence atau FMC.

FMC adalah sebuah konsep yang menggabungkan jaringan bergerak atau mobile broadband dan jaringan tetap atau fixed broadband. Dengan menggunakan FMC, pengguna akan layanan internet secara terus-menerus, kapan pun dan di mana pun.

Group Head Indirect Channel Management XL Axiata Junius Koestadi mengklaim XL Axiata merupakan pionir FMC di Indonesia saat ini, dengan kehadiran layanan Link Net dalam produk XL Satu. Dia juga menargetkan layanan FMC XL Satu akan tersedia di lebih dari 150 kota pada 2025. 

Dia menjelaskan produk XL Satu saat ini memiliki 350.000 pelanggan, atau melebihi target 30% pelanggan dari sebelumnya. Ke depan, XL Axiata menargetkan mendapatkan 40% pelanggan baru di tahun ini.

"FMC ini permintaannya ada. Dari survei kami, pelanggan menyukai layanan XL Satu karena easy to manage (mudah diatur), ada single app, single bill, single kuota, dan lainnya yang belum ada di layanan operator negara lain," ujar Junius dalam acara Indotelko bertajuk 'Babak Baru Layanan Broadband Bersama Fixed Mobile Convergence, dikutip Jumat (26/5).

Menurut dia, tantangan terbesar layanan FMC ini adalah integrasi jaringan mobile XL Axiata dengan mitra, dan upaya menyatukannya dengan cepat.

"Tantangan lain dari sisi konsumen, yakni bagaimana mengkomunikasikan XL Satu dan benefitnya ke konsumen. Kami selalu bilang ini internet untuk kebutuhan di luar rumah, di rumah dan berbagi ke keluarga," lanjutnya.

Analis BRI Danareksa Niko Margaronis mengatakan, ada perbedaan antara layanan 5G dan FMC. Saat ini, kebutuhan penggunaan 5G di Indonesia belum banyak, yakni baru untuk segmen enterprise dan fixed wireless.

"FMC ini baru permulaan, sementara penetrasi fixed broadband bisa 14% juga didorong oleh double play konvergensi layanan TV dan internet. FMC ini bisa jadi double play selanjutnya yang bisa dorong penetrasi fixed broadband jadi 20%-30% ke depannya," kata Niko.

Ia juga menyoroti adanya peluang pendapatan baru operator dengan FMC. Sebab ada estimasi tambahan Rp 200 ribu untuk rerata pendapatan per pengguna atau ARPU. Di layanan mobile, ARPU antara Rp 40.000-Rp 45.000.

"Itu tambahan yang sangat besar, biaya bisa naik untuk meningkatkan ARPU, tapi tetap bisa mengarahkan pendapatan operator operator yang sekarang," lanjutnya.

Selain bisnis baru yang memberikan peluang pendapatan baru, FMC menurut Niko juga mendorong operator fokus bagaimana memberikan tawaran layanan yang lebih baik ke pelanggan sehingga ARPU pun bisa lebih sehat.