Viral di media sosial X atau Twitter bahwa Google akan menyetop layanan Gmail mulai Agustus. Perusahaan teknologi asal Amerika Serikat ini menjelaskan, yang ditutup bukanlah Gmail yang masif digunakan oleh pengguna.
Google akan menutup Gmail HTML basic yang dikhususkan untuk gadget lawas. Akun Gmail HTML basic yang hilang antara lain yang belum update atau memperbarui platform ke versi terbaru.
Google pun mengklarifikasi kabar akan menutup Gmail yang beredar di media sosial. "Gmail is here to stay,” kata perusahaan melalui akun X.
Meski begitu, akun Gmail memang bisa ditutup oleh Google jika melanggar peraturan. Google akan menghapus akun Gmail hingga YouTube yang tidak aktif selama dua tahun mulai Desember 2023.
VP Manajemen Produk Google Ruth Kricheli mengatakan, perusahaan memperbarui kebijakan ketidakaktifan akun layanan seperti Gmail dan YouTube, menjadi minimal dua tahun.
“Mulai akhir tahun ini, jika Akun Google tidak digunakan selama minimal dua tahun, kami dapat menghapus akun dan kontennya,” kata Kricheli dikutip dari laman resmi Google, pada Mei (19/5/2023).
Akun yang dihapus termasuk Gmail, YouTube, Chrome, Play Store, Gdrive hingga Google Meet. Google juga akan menghapus konten di dalamnya, termasuk kalender dan foto.
Kebijakan tersebut hanya berlaku untuk akun Google seperti Gmail dan YouTube pribadi. Sementara itu, akun organisasi seperti sekolah atau bisnis tidak dihapus.
“Pembaruan ini untuk menyelaraskan kebijakan Google dengan standar industri, seputar retensi dan penghapusan akun,” ujarnya. Selain itu, membatasi jumlah waktu perusahaan menyimpan informasi pribadi yang tidak digunakan.
Kricheli menyampaikan, perusahaan berinvestasi di teknologi dan alat guna melindungi pengguna dari ancaman keamanan seperti spam, penipuan phishing, dan pembajakan akun.
Akun yang tidak digunakan dalam jangka waktu lama berpotensi besar disusupi. Berikut beberapa alasannya:
- Akun yang terlupakan atau tidak dijaga sering mengandalkan kata sandi lama, sehingga mudah diakses oleh pihak tak bertanggung jawab
- Belum dilengkapi autentikasi dua faktor
- Pengguna jarang memeriksa keamanan akun tersebut
“Begitu disusupi, akun tersebut dapat digunakan untuk apa saja mulai dari pencurian identitas hingga konten yang tidak diinginkan atau bahkan berbahaya seperti spam,” kata Kricheli.