Geng hacker Brain Cipher Ransomware yang meretas Pusat Data Nasional atau PDN Sementara 2 Surabaya menyatakan mudahnya membobol keamanan siber Indonesia. Mereka mengusulkan Indonesia menggunakan tenaga ahli di bidang keamanan siber.
Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC Pratama Persadha menilai pemerintah perlu merekrut peretas untuk memenuhi kebutuhan khusus seperti penyerangan dan pertahanan siber.
Ia mengatakan sumber daya manusia (SDM) atau tenaga ahli yang dimiliki oleh beberapa lembaga yang memiliki kompetensi di bidang keamanan siber sebagian besar berasal dari lulusan berbagai universitas umum. Meskipun, beberapa lembaga memiliki SDM dari universitas yang memiliki program keahlian khusus seperti STIN, Politeknik Siber, Universitas Pertahanan, dan lainnya.
“SDM dari lulusan universitas tersebut belum cukup untuk kebutuhan khusus seperti penyerangan dan pertahanan siber,” kata Pratama kepada Katadata.co.id, Rabu malam (3/7).
Peretas memiliki skill yang lebih tinggi dibandingkan lulusan universitas umum. Selain itu, peretas biasanya juga tergabung dalam berbagai forum underground yang saling membagikan teknik dan tools peretasan terbaru.
“Sehingga, jika Indonesia menjadi target serangan siber maka akan dapat diambil berbagai tindakan pencegahan sebelumnya,” kata Pratama.
Brain Cipher Ransomware meretas sejak 17 Juni 2024 dan pada Rabu (3/7) mengumumkan memberikan kunci dekripsi peretasan Pusat Data Nasional Sementara 2 Surabaya secara gratis kepada Kominfo.
Alasan geng acker itu menyerang PDN Sementara 2 Surabaya karena ini merupakan infrastruktur berteknologi tinggi dan memerlukan investasi besar. “Setiap orang yang menjalankan bisnis ini harus mengetahui hal ini dalam situasi yang tidak ada harapan,” kata hacker Brain Cipher Ransomware dikutip dari akun X @stealthmore_int.
Kelompok peretas itu juga menyampaikan, upaya membobol Pusat Data Nasional Sementara 2 Surabaya sangatlah mudah. “Kami hanya membutuhkan sedikit waktu untuk membongkar data dan mengenkripsi beberapa ribu terabyte informasi,” ujar mereka.
Kelompok hacker itu menyatakan memberikan kunci kepada korban pertama dan terakhir kali. “Ini pertama dan terakhir kalinya korban menerima kunci secara gratis. Untuk yang lain ‘selamat datang di chat’,” kata hacker Brain Cipher Ransomware.