Indonesia diperkirakan menghasilkan 5,8 juta ton sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik setiap tahun. Sebagian besar sampah ini berakhir di tempat pembakaran yang menghasilkan emisi gas rumah kaca.
Laporan terbaru lembaga nirlaba The Circular Initiative menunjukkan Indonesia merupakan salah satu negara yang paling banyak membakar plastik di Asia Tenggara. Setiap tahun, pembakaran sampah plastik di Indonesia menghasilkan emisi hingga 13,7 juta ton karbon ekuivalen.
Laporan bertajuk ‘The Climate Benefits of Plastic Waste Management in India and Southeast Asia’ itu menyoroti pengelolaan sampah plastik di India, Malaysia, Indonesia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Jika digabungkan, keenam negara tersebut menghasilkan 21,4 juta ton sampah plastik per tahun.
Para peneliti merancang skenario jika sampah plastik tersebut berhasil dikelola dengan baik, ada sekitar 228,9 juta ton karbon ekuivalen yang akan berhasil dihindari. Ini setara dengan mematikan 61 pembangkit listrik batu bara.
Pembakaran sampah plastik menjadi salah satu penyumbang tertinggi emisi karbon. Setiap satu ton plastik yang dibakar akan menghasilkan tiga ton emisi karbon. “Berinvestasi di bisnis dan infrastruktur yang mengalihkan pembakaran plastik menjadi upaya daur ulang akan menjadi kunci utama pengurangan emisi di sektor limbah,” tulis para peneliti dalam laporan tersebut.
Sementara itu, mengaca pada data Kementerian KLHK, terdapat 28,8 juta ton sampah yang dihasilkan Indonesia pada 2022. Dari jumlah tersebut, 18,5% berupa sampah plastik. Sayangnya, hanya 18,4 juta ton sampah atau 65% yang berhasil dikelola. Adapun sisanya, 10,32 juta ton sampah atau 35% tidak terkelola.
Pengelolaan sampah sejatinya masuk ke dalam salah satu upaya Indonesia untuk mengurangi emisi. Dalam skenario pengurangan emisi Indonesia lewat Nationally Determined Contribution (NDC), Indonesia berencana memangkas 40 juta metrik ton CO2e dengan usaha sendiri dan 43,5% MTon CO2e dengan bantuan internasional.