Industri batu bara dunia diperkirakan kehilangan hampir 1 juta lapangan pekerjaan pada tahun 2050 akibat adanya transisi energi global. Riset juga menunjukkan bahwa Cina dan India akan menjadi negara yang mengalami kehilangan terbesar.
Melansir dari Reuters, ratusan tambang batu bara yang padat karya diprediksi akan ditutup dalam beberapa dekade mendatang karena sudah pensiun. Negara-negara akan mengganti batu bara dengan sumber-sumber energi rendah karbon yang lebih bersih.
Namun, lembaga think tank yang berbasis di Amerika Serikat, Global Energy Monitor (GEM), mengatakan sebagian besar tambang yang kemungkinan akan ditutup tidak memiliki perencanaan untuk memperpanjang usia operasi mereka atau untuk mengelola transisi menuju ekonomi pasca batu bara.
Untuk itu, Manajer Proyek untuk Global Coal Mine Tracker dari GEM, Dorothy Mei mengatakan pemerintah perlu membuat rencana untuk memastikan bahwa para pekerja tidak menderita akibat transisi energi.
“Penutupan tambang batu bara tidak dapat dihindari, tetapi kesulitan ekonomi dan perselisihan sosial bagi para pekerja tidak dapat dihindari," ujarnya dilansir dari Reuters, Selasa (10/10).
GEM menyebutkan terdapat 4.300 proyek tambang batu bara masih beroperasi di seluruh dunia, dan memiliki hampir 2,7 juta tenaga kerja. Disisi lain, GEM menemukan, lebih dari 400.000 pekerja dipekerjakan di tambang-tambang yang akan berhenti beroperasi sebelum tahun 2035.
Selain itu, GEM mengestimasi, hanya sekitar 250 ribu pekerja tambang yang dibutuhkan jika negara-negara di dunia menjalankan rencana mengurangi penggunaan batu bara secara bertahap untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius. Jumlah pekerja tersebut kurang dari 10% dari saat ini.
Cina Paling Banyak Kehilangan
GEM juga memperkirakan, Industri batu bara Cina akan paling banyak mengalami kehilangan pekerjaan. Industri batu bara Cina merupakan industri terbesar di dunia, yang mempekerjakan lebih dari 1,5 juta orang saat ini. Dari 1 juta pekerjaan yang diperkirakan akan hilang di seluruh dunia pada tahun 2050, lebih dari 240.000 pekerjaan akan hilang di provinsi Shanxi, Cina saja.
Direktur Program GEM untuk Batu Bara, Ryan Driskell Tate, mengatakan sektor batu bara Cina telah mengalami beberapa gelombang restrukturisasi dalam beberapa dekade terakhir. Hal itu didorong dengan banyaknya distrik pertambangan di bagian utara dan timur laut yang berjuang untuk menemukan sumber pertumbuhan dan lapangan kerja alternatif setelah penutupan tambang.
"Industri batu bara, secara keseluruhan, memiliki reputasi yang sangat buruk dalam hal perlakuannya terhadap para pekerja," kata Ryan.
Dia mengatakan, industri batu bara sebenarnya membutuhkan sebuah perencanaan proaktif bagi pekerja dan masyarakat batu bara, Dengan demikian, industri dan pemerintah akan tetap bertanggung jawab terhadap para pekerja yang telah menanggung beban begitu lama akibat industri batu bara anjlok.
Menurut laporan IEA, pada 2019 ada sekitar 21,6 juta pekerja energi fosil di seluruh dunia. Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah pasokan minyak bumi yakni 8 juta pekerja.