Indonesia dan Australia Kolaborasi Bangun Ekosistem Kendaraan Listrik

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/tom.
Petugas PLN memeriksa jaringan listrik di area stasiun pengisian daya untuk baterai kendaraan listrik Central Parkir ITDC Nusa Dua, Badung, Bali, Senin (2/10/2023). Sebanyak 12 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Ultra Fast Charging 200 kW, 10 unit SPKLU Slow Charging, dan 20 unit Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) Gen 2 disiapkan di Nusa Dua untuk pengisian daya kendaraan listrik pengangkut delegasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Archipelagic and Island States (AIS) Forum 2023.
23/11/2023, 17.48 WIB

Indonesia dan Australia menjalin kerjasama guna mendorong pertumbuhan industri kendaraan listrik.Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Ad Interim Erick Thohir dan Menteri Industri dan Ilmu Pengetahuan Australia Ed Husic, menandatangani Nota Kesepahaman atau MoU tentang Pembentukan ‘Mekanisme’ Bilateral untuk Memajukan Kolaborasi Kendaraan Listrik antara Indonesia dengan Australia, Kamis (23/11). 

Kerja sama ini dalam rangka menindaklanjuti komitmen yang diumumkan oleh Presiden Republik Indonesia dan Perdana Menteri Persemakmuran Australia pada Annual Leaders' Meeting untuk memajukan kerja sama dan kolaborasi dalam industri kendaraan listrik. 

Mekanisme bilateral ini akan memfasilitasi kolaborasi dalam memetakan rantai pasok dan ekosistem kendaraan listrik, berbagi best practice mengenai standar lingkungan sosial dan tata kelola (ESG), mendukung transfer pengetahuan, memfasilitasi kemitraan bisnis-ke-bisnis baru, serta membentuk komite pengarah bersama untuk memandu alur kerja dan memantau hasil kolaborasi.

 “Indonesia dan Australia tidak hanya memiliki kedekatan geopolitik, namun keduanya juga memiliki sumber daya mineral yang melimpah, serta peluang untuk menjadi pemain kunci dalam rantai pasokan kendaraan listrik global,” kata Erick di Kantor Kementerian BUMN, Kamis (23/11).

Erick mengatakan bahwa Nikel dan litium adalah dua mineral utama yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik. Indonesia telah mengembangkan industri hilirisasi nikelnya menuju ekosistem kendaraan listrik dalam 5 tahun terakhir.

"Telah ada 3 pabrik di Indonesia yang beroperasi untuk memproduksi mixed hydroxide precipitate, bahan dasar prekursor baterai. Selain itu, beberapa proyek manufaktur baterai juga telah direncanakan akan dimulai pada beberapa tahun mendatang," ungkap Erick.

 Sementara itu, Australia memiliki 24% cadangan lithium dunia (urutan kedua setelah Chili). Australia bahkan menyumbang 43% dari ekstraksi litium global pada 2022.

Australia dapat memanfaatkan sumber daya litium yang melimpah ini dengan berkolaborasi dengan Indonesia yang telah mengembangkan industri nikelnya. Dengan demikian, Indonesia dan Australia dapat membangun poros baru ekosistem baterai kendaraan listrik, serta menjalin aliansi.

"Kami yakin Nota Kesepahaman ini dapat menjadi tonggak kolaborasi nyata untuk mencapai ambisi bersama ini," ujarnya.

Pemerintah Australia telah berkomitmen untuk menugaskan perwakilan dari Departemen Perindustrian, Ilmu Pengetahuan, dan Sumber Daya (DISR) dan Departemen Perubahan Iklim, Energi, Lingkungan dan Air (DCCEEW) ke Kedutaan Besar Australia di Jakarta.

"Kami yakin Nota Kesepahaman ini dapat menjadi tonggak kolaborasi nyata untuk mencapai ambisi bersama ini,” ujar Erick.
 




Reporter: Nadya Zahira