Para pakar menyebut banjir di kota Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), pada minggu lalu menjadi gambaran gagalnya pemerintah dalam mengelola tata kota dalam menghadapi cuaca ekstrem dampak perubahan iklim. Kota modern itu tidak memiliki cukup drainase untuk menyerap air ketika turun hujan dengan intensitas tinggi.
Dubai dan kota modern lainnya diketahui dibangun di atas daerah yang sebelumnya tidak dapat dihuni. Sehingga kota-kota modern tersebut tidak memiliki sistem penyerapan air secara alami.
Misalnya, Dubai dibangun di atas pasir, lingkungan alami yang memungkinkan air meresap ke dalam tanah dengan sangat mudah. Akan tetapi dengan menuangkan beton dalam jumlah besar di atas penyerapan air alami Dubai.
“Kami memiliki tempat pembuangan alami yang membawa air langsung ke akuifer dan kemudian ke dalam cadangan air kami. Ketika kita mengaspal, tanah itu tidak ada lagi,” kata CEO startup lingkungan 4 Habitos Para Mudar o Mundo, Ana Arsky, dikutip dari CNBC, Selasa (23/4).
Selain itu, banjir Dubai juga dipengaruhi oleh faktor peningkatan populasi sehingga membawa lebih banyak limbah rumah tangga dan sampah. Oleh sebab itu, tantangan drainase terus membebani kota modern di dunia seperti Dubai yang menghadapi curah hujan yang lebih sering dan masif.
Ana mengatakan, produk plastik tidak dapat menyerap air dengan baik. Ketika plastik berakhir di tempat pembuangan akhir di seluruh dunia, tumpukan sampah yang sangat besar berkontribusi pada cadangan sistem drainase alami secara global.
Bahkan kota-kota besar yang memiliki sistem drainase mapan pun menghadapi masalah yang sama seperti New York City (NYC). Beberapa waktu lalu, NYC juga mengalami banjir 12-20 centimenter di beberapa tempat yang mengakibatkan fasilitas umum terendam hingga stasiun bawah tanah.
Tanpa persiapan yang tepat, saluran air buatan manusia yang penuh dengan puing-puing dan polusi tidak dapat menyerap air yang meningkat, sehingga menyebabkan banjir.
"Sistem drainase air hujan tidak diadaptasi untuk aliran yang kita lihat saat ini dengan perubahan iklim dan curah hujan yang sangat masif,” kata salah satu pendiri dan CEO Greenmetrics.AI, Tiago Marques.
Banjir Terburuk di Dubai
UEA menerima curah hujan lebih dari 25 centimeter di beberapa tempat pada Selasa (16/4) lalu. Di mana setengah curah hujan yang terjadi di Dubai setara dengan rata-rata curah hujan tahunan di UEA.
Beberapa pakar UEA memperkirakan hujan yang lebih sering dibeberapa tahun terakhir akan menjadi lebih buruk di tahun-tahun mendatang.
Curah hujan minggu lalu adalah jumlah curah hujan terbesar yang tercatat sejak 1949.
Sebagian pihak menuding jika bannir Dubai disebabkan eksperimen modifikasi cuaca yang dilakukan pemerintah tahun lalu. Akan tetapi pemerintah setempat mengatakan bahwa hal itu tidak akurat. Sementara para ahli lainnya telah menepis klaim tersebut.