Perusahaan rintisan (Startup) Magalarva berhasil mengembangkan pengolahan sampah organik dengan memanfaatkan belatung maggot. Bulan ini, perusahaan tersebut bahkan berencana untuk mengekspor maggot larva lalat yang dihasilkan.
"Kalau sekarang ini kita lagi fokus untuk ekspansi, karena untuk dalam waktu dekat tuh ini kita pengen ekspor ke luar negeri," ujar Rendria saat ditemui di Gunung Sindur, Bogor, pada Rabu (10/7).
Magalarva merupakan sebuah perusahaan rintisan yang menjadikan sampah organik atau sisa makanan untuk dapat menjadi pundi-pundi rupiah. Adapun sampah tersebut dimanfaatkan untuk makanan bagi larva lalat black soldier fly (BSF).
Nantinya, larva daripada lalat tersebut dapat dijual kembali sebagai salah satu pakan ternak mulai dari bebek, ayam, hingga penghobi ikan hias.
Rendria mengatakan, rencana ekspor tersebut dilakukan setelah perusahaan berhasil meningkatkan produksi maggot yang diberi makan sampah organik hingga mencapai angka 1 ton per hari.
"Sekarang kira-kira 1 ton sehari panen larvanya. Dulu jatuhnya kayak kita pinjam lahan temen gitu lah ibaratnya, terus kita bangun kayak ukurannya kecil mungkin setenda ini gitu, lebih setengahnya tenda ini kali," ujarnya.
Berdayakan Masyarakat
Dengan memanfaatkan sampah, Rendria menyebut telah memberdayakan masyarakat sekitar untuk dapat mengelola sampah sebagai bahan baku untuk pakan maggot. Saat ini, perusahaannya telah memberdayakan 25 sampai 30 orang.
"Tapi banyak juga tuh kita kayak memberdayakan beberapa masyarakat di sekitar area gitu," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Magalarva sendiri merupakan salah satu perusahaan yang mendapatkan bantuan dari DBS Foundation dengan kucuran dana hibah sebesar S$ 200.000 atau Rp 2,4 miliar (kurs Rp 12.041 per Dolar Singapura).