Peneliti Senior Institute for Essential Services Reform (IESR), Julius Christian Adiatma mengatakan, dampak polusi udara di Indonesia khususnya Jakarta bukan hanya berdampak pada kesehatan pernafasan. Menurutnya, tingginya konsentrasi polusi udara dapat menyebabkan penyakit lain mulai dari penyakit jantung sampai dengan masalah sistem reproduksi manusia.
"Jadi kaitannya polusi udara ini sangat banyak dalam kesehatan, biarpun memang yang paling prominent yang sudah lama kita sama-sama tahu semua tentang pernafasan," ujar Julius dalam Media Workshop dengan tema “Tekan Emisi, Perbaiki Kualitas Udara: Kebijakan Baru Subsidi BBM,", Senin (5/8).
Berdasarkan data Bappenas pada 2022 menunjukan bahwa peningkatan 10 mikrogram particulate matter (PM)2.5 terasosialisasikan dengan 5,7% peningkatan kasus Pneumonia.
Sedangkan peningkatan 10 mikrogram gas oksida sulfur atau SO2 per meter kubik terasosialisasikan dengan 6,7% peningkatan kasus Pneumonia. Selain itu peningkatan 10 mikrogram PM 10 terasosialisasikan dnegan 1,4% peningkatan kasus Inpeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
"Jadi memang dari sisi saintifik sudah cukup clear, kaitan antara polusi udara dan jenis masing-masing polutan terhadap penyakit. Jadi masing-masing jenis polutan itu beda-beda pengaruhnya terhadap kesehatan," ujarnya.
Julius mengatakan, beberapa studi menunjukan bahwa transportasi menyumbang angka tertinggi dari polusi udara di perkotaan hingga di atas 40%. Sumber polusi dari kendaraan bukan hanya dari emisi gas buang pembakaran BBM yang tidak sempurna, tetapi juga berasal dari debu dan dampak pengereman.
Menurutnya, debu yang sudah mengendap juga dapat tersuspensi lagi akibat lalu lalang kendaraan dan menyebabkan polusi. Kemudian dari roda atau pengereman juga menyebabkan tambahan polusi udara.
"Dari transportasi, jadi sebenarnya banyak dan jenis-jenis polusinya pun polutannya beda-beda untuk masing-masing jenis emisi," ungkapnya.