Kala Elang Jawa Pulang ke Habitat Halimun Salak

ANTARA FOTO/Siswowidodo/aww.
Petugas memperlihatkan burung Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) di klinik dan karantina satwa Kebun Binatang Madiun Umbul Square Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Selasa (17/3/2020).
17/9/2024, 06.29 WIB

Seekor Elang Jawa betina bernama Sally dilepaskan ke alam bebas di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS), Bogor, Jawa Barat, Senin (16/9). Sally, yang berusia 3,5 tahun itu, telah menjalani rehabilitasi selama empat bulan dan dinyatakan siap dilepasliarkan setelah melalui serangkaian tes kesehatan dan penilaian perilaku oleh tim Pusat Suaka Elang Jawa TNGHS.

Dokter hewan TNGHS Septi Dewi Cahaya menjelaskan bahwa penilaian perilaku dilakukan berdasarkan lima indikator utama. Di antaranya agresivitas atau keliaran, kemampuan berburu mangsa, pola makan, kemampuan terbang, serta kemampuan merawat diri. Hingga September 2024, Star Energy telah melepaskan enam elang. Jika dihitung sejak 2015, ada 60 ekor Elang Jawa yang dilepasliarkan oleh perusahaan energi pengelola panas bumi tersebut.

"Kami menilai dari lima indikator tersebut. Elang yang bisa dilepaskan harus memiliki skor di atas 400," jelas Septi dalam field trip Star Energy Geothermal Salak, Jawa Barat, Senin (16/9).

Ia mengatakan Sally berhasil memperoleh total skor sekitar 430, yang menunjukkan bahwa ia layak dilepaskan kembali ke habitat aslinya. Meskipun Elang Jawa merupakan spesies endemik di wilayah Halimun Salak, Sally berasal dari Jawa Timur. Ia sempat dilaporkan oleh masyarakat karena memangsa ayam-ayam di sekitar permukiman penduduk. Akhirnya, Sally diselamatkan oleh komunitas lokal sebelum konflik lebih lanjut dengan penduduk.

“Ada komunitas namanya Pasukan Langit. Mereka mengantar Elang Jawa ke tempat kami untuk direhabilitasi dan dilepasliarkan,” kata Septi. 

Mengenai masa rehabilitasi, ia menambahkan bahwa durasinya bisa bervariasi, tergantung kondisi elang. Ia bahkan mengatakan masa rehabilitasi bisa mencapai enam tahun. Bahkan masa hidup Elang Jawa dapat mencapai hingga umur 30 tahun, tergolong panjang, terutama jika dirawat dengan baik. Tak hanya itu, ia menyebut apabila Elang Jawa dipelihara, masa hidupnya akan lebih lama dan tergantung pemeliharaannya. 

Namun, ia juga menekankan pentingnya perawatan yang tepat, apalagi Elang Jawa termasuk hewan yang terancam punah. Terkadang pemilik yang terlalu sayang memberikan makan berlebihan, sehingga membuat elang menjadi gemuk. Ia menegaskan pemberian pakan harus seimbang dan sesuai dengan kebutuhan ideal burung tersebut. 

Mengenai rantai makanan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Elang Jawa berada di puncaknya sebagai predator. "Di ekosistem itu, dia memang masuk sebagai predator puncak," jelasnya. Elang Jawa adalah spesies endemik Pulau Jawa dan dapat ditemukan di seluruh wilayah pulau, termasuk di Halimun Salak.

Ia menambahkan bahwa di Halimun Salak, timnya telah melakukan penilaian habitat (habitat assessment) untuk memastikan kelayakan pelepasliaran. “Berdasarkan habitat assessment, kami sudah menemukan kantung-kantung yang cocok untuk pelepasliaran elang,” kata Septi, menandakan bahwa lingkungan tersebut mendukung kebutuhan hidup satwa ini, termasuk ketersediaan mangsa dan tempat berlindung.

“Salah satunya itu ada di sini, di Star Energy,” tambahnya. 

Populasi Elang Jawa di Indonesia

Pengendali Ekosistem Hutan Pusat Suaka Satwa TNGHS, Fardi Septiana mengungkapkan, berdasarkan data tahun 2010 populasi Elang Jawa di Indonesia mencapai 300 hingga 500 ekor di alam liar. Penyusutan populasi Elang Jawa menjadi alasan penting konservasi.

Populasi Elang Jawa di kawasan TNGHS dengan luas 113.357 hektare, diperkirakan terdapat 30 pasang Elang Jawa dengan areal homering atau daya jelajah sekitar sekitar 40 ribu hektare. Kendati begitu, Fardi menilai populasi Elang Jawa di TNGHS masih tergolong rendah.

"Makanya, kegiatan reintroduksi atau revokulasi pelepasliaran itu sangat diperlukan untuk menstabilkan kondisi populasinya di alam," ungkapnya. 

Taman Nasional Gunung Halimun-Salak menyiagakan resort based management untuk mengeksplor, menginventarisasi, dan mengidentifikasi tiap-tiap endemik di kawasan Taman Nasional. Saat ini, tercatat sebanyak 17 resort yang disiagakan TNGHS untuk memantau Elang Jawa.

"Jadi ini tersebar di seluruh areal. Jadi dari Lebak, Bogor, dan Sukabumi itu sudah ditemukan terkait sebaran dari elang jawa ini," katanya.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila