40% Sampah di Tempat Pembuangan Akhir Adalah Makanan, Lebih Besar dari Plastik

ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/Spt.
Foto udara sejumlah truk membuang sampah di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (10/7/2024). Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan berencana membangun pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) yang dapat mengurai sampah sebanyak 800 ton hingga 1.000 ton per hari sebagai salah satu kota terpilih untuk proyek strategis nasional PLTSa berdasarkan Perpres Nomor 35 Tahun 2018 itu guna mengatasi sampah yang kian menggunung di TPA Cipeucang.
25/10/2024, 18.26 WIB

Badan Pangan Nasional (Bapanas), mencatat sisa makanan menjadi salah satu komposisi sampah terbesar pada sejumlah tempat pembuangan akhir (TPA) di Indonesia. Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Bapanas, Nita Yulianis, mengatakan limbah dan sisa makanan berkontribusi sebesar 40% dari sampah yang terdapat di sejumlah TPA di Indonesia.

"Kalau kita lihat data di TPA, karena kan yang paling sudah terukur kan di tempat pembuangan akhirnya, itu sebenarnya yang harus kita mulai sangat aware itu, limbah dari sisa makanan itu kontribusinya 40%," ujar Nita dalam Festival Jejak Pangan Lestari, di Jakarta, Jumat (25/10).

Menurutnya komposisi tersebut jauh lebih besar jika dibandingkan dengan limbah plastik yang terdapat di TPA dengan presentase sebesar 18%. Dengan capaian tersebut, Indonesia dapat dikatakan sudah lebih fokus dalam penanganan sampah plastik.

Nita mengatakan pengurangan sampah memerlukan usaha dua kali lipat jika dibandingkan dengan mengurangi limbah plastik.

"Effortnya harusnya dua kali lipat lebih besar, untuk kita mendorong agar budaya kita, budaya baik memanfaatkan, konsumsi itu jauh lebih bijak, jadi sebenarnya lebih karena faktor banyak yang tidak tahuan, kita berkontribusi terhadap pemborosan makanan," ujarnya.

Sampah Makanan Setara Kebutuhan Konsumsi Setengah Populasi

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), mencatat total food loss and waste atau makanan yang hilang dan terbuang dapat memenuhi hampir setengah konsumsi seluruh masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil studi Bappenas pada 2021 hilang dan terbuangnya makanan di Indonesia mencapai 115-180 kilogram per kapita per orang.

"Total food loss and waste di Indonesia itu, kalau dikalikan dengan total pendukung, itu bisa memenuhi konsumsi pakan hampir setengah populasi kita," ujar Koordinator Bidang Pangan Bappenas, Ifan Martino, dalam Festival Jejak Pangan Lestari, di Jakarta, Jumat (25/10).

Ifan mengatakan timbulan sampah makanan terbuang terbesar di temukan di tahap konsumsi. Sedangkan jika dilihat dari aspek sektor dan jenis pangan, timbulan terbesar terjadi di tanaman pangan kategori padi-padian.

Menurutnya food loss dan food waste dapat mengancam berbagai aspek kehidupan mulai dari lingkungan, ekonomi, hingga kesejahterahaan masyarakat. Berdasarkan catatan Bappenas, total emisi timbulan food loss dan food waste diestimasi setara dengan 1.702,9 Mt emisi karbon pada 2000 hingga 2019. Rata-rata kontribusi per tahun setara dengan 7,29% emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Indonesia.

"Kalau dikonversi secara uang sampai hampir Rp 500 triliun rupiah per tahun terbuang percuma," ujarnya.

Reporter: Djati Waluyo