David Wallace-Wells dalam bukunya berjudul The Uninhabitable Earth (2023) menyatakan, krisis iklim turut berdampak terhadap fenomena gangguan mental pada masyarakat. Salah satunya memicu kecemasan lingkungan (eco-anxiety), bahkan mengganggu suasana hati alias mood.
Hal itu dikemukakan jurnalis asal Amerika Serikat tersebut mengutip sebuah studi. Efek negatif perubahan iklim memang nyata terasa. Isu ini tak cuma menyangkut kerusakan lingkungan tetapi juga menyebabkan kerugian ekonomi, anomali cuaca, gangguan kesehatan, dan lain-lain.
Gangguan kesehatan mental berupa kecemasan rentan dialami anak muda. Sebuah studi yang diterbitkan di laman The Lancet menyebutkan, lebih dari 59 persen anak muda mengaku sangat khawatir terhadap perubahan iklim.
Di Indonesia, anak muda juga mengalami keresahan atas berbagai isu lingkungan. Menurut jajak pendapat terhadap 1.040 responden berusia 16-38 oleh lembaga nirlaba Madani, 27,4 responden mengaku resah menghadapi perubahan iklim. Dan ada beberapa isu lingkungan yang juga membuat anak muda cemas, yaitu sampah plastik (12,98 persen), polusi udara (4,42 persen), dan banjir (3,37 persen).
Ringkasnya, kecemasan lingkungan (eco-anxiety) merujuk kepada kondisi seseorang mengalami kecemasan berlebihan terhadap berbagai masalah lingkungan. Penyebabnya bisa datang dari berbagai faktor, seperti perubahan cuaca yang tidak menentu, bencana alam, sampai pemberitaan buruk mengenai krisis iklim dari media.
Anak muda memiliki kerentanan mengalami gangguan kecemasan akibat perubahan iklim. Tapi pada saat bersamaan, mereka juga punya kesadaran tinggi terhadap persoalan ini. Tak heran para pemuda kerap menjadi motor penggerak beragam aksi kolektif peduli lingkungan.
Laman The Conversation melansir, (21/10), terdapat sejumlah gerakan kebersihan yang diinisiasi komunitas anak muda. Aksi membersihkan sampah di sungai bahkan selokan, misalnya, sukses memantik perhatian publik merespons persoalan lingkungan. Terlebih, dokumentasi kegiatan semacam ini tersebar masif melalui media sosial.
Pada masa mendatang, dampak perubahan iklim bisa jadi akan terasa lebih hebat. Situasi ini berisiko memicu kecemasan lingkungan alias eco-anxiety yang lebih intens. Oleh karena itu, anak muda perlu proaktif mengambil peran dalam aksi lingkungan, mengonsumsi konten yang berimbang mengenai lingkungan, serta menjaga kesehatan tubuh (self-care).
Terdapat beberapa hal lain yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mental, misalnya mengubah pola pikir dan gaya hidup sembari melakukan aksi kolektif bersama masyarakat. Pasalnya, kolaborasi dapat meringankan beban mental bersama-sama.
Mengikuti komunitas bermanfaat sebagai pengingat untuk terus berjuang bersama-sama, serta memberikan dampak positif kepada lingkungan sekitar. Dan jika kecemasan yang Anda alami terasa intens, sebaiknya segera menjangkau bantuan profesional.
Kolaborasi Peduli Lingkungan
Di Indonesia, kolaborasi untuk memerangi krisis iklim datang dari berbagai sektor, baik masyarakat, pemerintah, maupun swasta. Dari sektor swasta, misalnya, ada PT Global Digital Niaga Tbk atau Blibli yang menginisiasi CollaborAction dengan melibatkan partisipasi karyawan, pelanggan, dan mitra rantai pasok ke dalam beragam inisiatif keberlanjutan.
Contohnya, terkait pengelolaan sampah, Blibli mengajak pelanggannya untuk mengembalikan kemasan kardus bekas melalui Take Back program. Sebagai insentif bagi pelanggan, setiap 10 kemasan kardus yang ditukar dapat ditukarkan dengan 1 bibit Mangrove.
Ada pula inisiatif daur naik sampah plastik yang diolah menjadi merchandise perusahaan seperti kaos, kantong kecil serbaguna, selongsong laptop, dudukan ponsel dan tas jinjing.
Blibli turut ambil bagian dengan mendaur ulang 391,96 kg limbah fesyen internal, terdiri dari seragam dan pakaian bekas karyawan. Dalam aksi ini, perusahaan menggandeng Eco-Touch, ecopreneur yang mengolah limbah tersebut menjadi peredam suara dan termal dari limbah fesyen.
Bagian penting dari upaya Blibli dalam mendorong aksi hijau berkelanjutan adalah kehadiran Langkah Membumi Festival. Tahun ini, LMF kembali hadir pada 2-3 November. Acara yang bertempat di Senayan Park, Jakarta ini mengambil tema ‘CollaborAction for the Earth’, serta mengedepankan prinsip keberlanjutan sesuai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Blibli Tiket Action bersama Ecoxyztem merancang program tahunan ini sebagai melting pot para multi stakeholders untuk bertukar ide dan praktik terbaik sustainability, serta mengajak anak muda untuk mengenal lebih dekat solusi iklim dengan cara yang membumi, termasuk aksi nyata untuk mengatasi kecemasan lingkungan (eco-anxiety).
Jangan sampai kelewatan, segera registrasi di Langkah Membumi Festival 2024, bisa Anda akses di sini.