BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem saat Libur Nataru

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/tom.
Petugas memantau layar monitoring cuaca di BMKG, Jakarta, Jumat (8/11/2024).
25/11/2024, 09.29 WIB

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, meminta masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem selama periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru). Kondisi tersebut dipicu oleh sejumlah faktor, diantaranya fenomena La Nina yang mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20-40 persen.

Dwikorita mengatakan, feonomena ini akan berlangsung mulai akhir 2024 hingga setidaknya April 2025. Selain itu, terdapat pula dinamika atmosfer lain yang aktif bersamaan pada periode Nataru, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Cold Surge yang bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia. Fenomena tersebut juga berpotensi menambah intensitas dan volume curah hujan di berbagai wilayah Indonesia.

"Kami mewanti-wanti masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang dapat berdampak pada bencana hidrometeorologi di wilayah Indonesia seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, khususnya pada periode Nataru 2024/2025," ujar Dwikorita seperti dikutip dari siaran pers, Senin (25/11).

Dwikorita mengatakan himbauan ini juga ditujukan kepada perusahaan pelayaran, angkutan penyeberangan, dan nelayan mengingat fenomena cold surge juga dapat memicu gelombang tinggi di laut. Hal itu dapat membahayakan keselamatan saat aktivitas pelayaran/penyeberangan serta penangkapan ikan.

"Peringatan dini ini disampaikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan laut," ujarnya.

Masyarakat bisa mengakses informasi cuaca 24 jam penuh melalui aplikasi @infobmkg.  Pada platform tersebut juga terdapat informasi gempabumi dan lain sebagainya.

Wilayah Mana Saja yang Masuk Puncak Musim Hujan?

Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena, mengatakan indeks ENSO (gangguan iklim dari Samudra Pasifik) menunjukkan kecenderungan La Nina lemah hingga pertengahan November 2024. Sementara indeks Indian Ocean Dipole (IOD) (gangguan iklim dari Samudra Hindia) menunjukkan nilai IOD negatif menuju netral.

Dia mengatakan,  dinamika perairan Indonesia secara umum menunjukkan kondisi suhu muka laut yang lebih hangat daripada normalnya. Berdasarkan pada keseluruhan hasil monitoring tersebut, dapat disimpulkan terdapat potensi gangguan iklim basah untuk wilayah Indonesia secara umum hingga awal 2025.

"Secara umum Puncak Musim Hujan 2024/2025 diprediksi terjadi pada Bulan November 2024 hingga Februari 2025," ujarnya.

Wilayah yang diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada November - Desember 2024 antara lain sebagian Sumatera, pesisir selatan Pulau Jawa, dan Kalimantan. Sedangkan wilayah yang diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada periode Bulan Januari - Februari 2025 yaitu wilayah Lampung, Jawa bagian utara, sebagian kecil dari Sulawesi, Bali, NTB, NTT, dan sebagian besar Papua.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto menambahkan saat ini terdapat bibit siklon tropis 96S di Samudra Hindia sebelah barat daya Bengkulu dan Bibit Siklon Tropis 99B yang terpantau di Samudra Hindia sebelah barat Aceh. Kedua bibit siklon tropis tersebut memberikan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap cuaca dan perairan di wilayah Indonesia bagian barat.

Selain itu ada beberapa fenomena lainnya yang sedang aktif yaitu MJO, Gelombang Rossby dan Kelvin, sehingga dalam beberapa pekan ke depan masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang. Hujan sedang hingga lebat diprediksi terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia.

"Untuk itu, kepada pemerintah daerah diharapkan meningkatkan kesiap-siagaan dengan mengecek kembali sarana dan prasarana kebencanaan yang dimiliki serta melakukan langkah antisipasi yang lebih komprehensif agar potensi bahaya bencana bisa diminimalkan," ujarnya.