Perusahaan konglomerasi asal Thailand, Siam Cement Group (SCG), mengusung tiga proyek kolaborasi strategis untuk menciptakan ekonomi hijau yang inklusif dan berkelanjutan di beberapa negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dalam mencapai target net zero emission (NZE). Tiga proyek itu mencakup kota rendah karbon di Saraburi, Thailand; kota cerdas hijau di Ibu Kota Nusantara (IKN); dan Kadin Net Zero Hub.
Nuttavut Intarode, Sustainable Development Director SCG, mengatakan untuk mencapai pembangunan rendah karbon, perlu penyelarasan antara tujuan nasional dengan praktik industri melalui rencana strategis. SCG telah menyusun rekomendasi strategis untuk mendukung percepatan implementasi pemerintah Thailand, sesuai dengan Thailand NDC Roadmap dan Net Zero Cement & Concrete Roadmap.
Nuttavut mengatakan, SCG menggandeng berbagai pihak baik dari sektor swasta dan pemerintah, untuk mendiskusikan gagasan serta proyek-proyek kolaboratif untuk mencapai pertumbuhan hijau yang inklusif (inclusive green growth). Proyek-proyek kolaboratif tersebut telah didiskusikan dalam SCG ESG Symposium 2024 di Jakarta pada 19 November lalu.
Berikut ini tiga proyek kolaborasi strategis SCG:
1. Low Carbon City Saraburi
Nuttavut mengatakan, Saraburi yang merupakan pusat industri manufaktur besar di Thailand, kini menjadi model inovasi ekosistem rendah karbon untuk membentuk Kota Rendah Karbon (Low Carbon City). Hingga saat ini, 1.605 pabrik beroperasi di wilayah tersebut dan menyumbang sekitar 67% dari total pendapatan Thailand.
Proyek ini dipimpin langsung oleh Pemerintah Provinsi Saraburi, dengan dukungan Thailand Cement Manufacturer Associations (TCMA), termasuk SCG, Federasi Industri Thailand Provinsi Saraburi, tujuh kementrian Thailand, serta berbagai mitra global seperti World Economic Forum (WEF), dan pendanaan sebesar 200 juta Baht dari Green Fund Pemerintah Kanada.
"Saraburi berhasil mengimplementasikan lima inisiatif utama sebagai kota rendah karbon: transisi energi cepat, pengelolaan limbah bernilai, penguatan industri hijau, pengembangan pertanian rendah karbon, dan peningkatan ruang hijau,” ujar Nuttavut dalam keterangan tertulis, Selasa (17/12).
Salah satu inisiatif konkret di Saraburi adalah penerapan cara bertani yang lebih tahan perubahan iklim. Metode pertanian padi di sana menggunakan sistem alternating wetting and drying (pengairan berselang) untuk menanam padi rendah karbon.
Kolaborasi utama dalam proyek ini melibatkan Siam Kubota Corporation dan SCG, yang mendukung penelitian, penerapan teknologi, serta studi tentang cara memperoleh kredit karbon dari penerapan metode ini. Selain itu, kelompok kerja yang bertanggung jawab untuk pertanian rendah karbon di Saraburi juga terlibat dalam mendidik petani lokal mengadopsi teknik ini.
"Cara ini membantu mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) secara signifikan, sekaligus mendukung praktik pertanian yang berkelanjutan di area yang lebih luas dan pemanfaatan hutan untuk menyerap karbon," ujarnya.
2. Ibu Kota Nusantara (IKN): Gotong Royong Bangun Kota Cerdas Hijau Masa Depan Indonesia
Ibu Kota Nusantara (IKN) dibangun untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju, dengan menghadirkan kota cerdas hijau (smart forest city) yang berkelanjutan. Dengan fokus untuk membangun smart forest city, IKN dirancang dengan optimalisasi potensi lahan, efisiensi energi, dan konservasi wilayah hijau, serta menargetkan 100% net zero emission pada tahun 2045.
"Pendekatan yang diterapkan di Saraburi dapat menjadi inspirasi dan pembelajaran bagi Indonesia yang juga dalam proses pengembangan IKN sebagai kota hijau berkelanjutan, mengedepankan konsep smart forest city dan mencapai net zero emissions," ucapnya.
3. KADIN Net Zero Hub: Mewujudkan Pembangunan Ekonomi Rendah Karbon
Untuk mendorong transisi hijau yang merata di seluruh pilar ekonomi, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) memfasilitasi sektor swasta serta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) melalui Net Zero Hub. Net Zero Hub adalah program yang mendukung perusahaan-perusahaan di Indonesia menuju ekonomi rendah karbon.
Sejauh ini, lebih dari 80 perusahaan telah bergabung, dengan 40 perusahaan mengikuti pelatihan pengelolaan gas rumah kaca (GHG Bootcamp), dan enam perusahaan berkomitmen pada Science-Based Targets initiatives (SBTi).
Kadin juga berkolaborasi dengan ASEAN Net Zero Hub dan ASEAN Alliance on Carbon Market untuk memperluas inisiatif ini, melibatkan mitra dan anggota dari berbagai negara, untuk membagikan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaik.
Kadin memberikan sektor swasta, termasuk UMKM, akses langsung ke solusi teknologi yang dapat mengurangi emisi dan meningkatkan efisiensi energi, yang sangat krusial dalam pencapaian target Indonesia menuju net zero emissions. Kolaborasi antar Kadin, pemerintah, dan sektor swasta sangat penting untuk menciptakan ekosistem bisnis yang lebih hijau dan mendukung pembangunan berkelanjutan.
Warit Jintanawan, Country Director SCG di Indonesia, mengatakanpembangunan hijau yang inklusif memerlukan kolaborasi antara sektor publik, swasta, dan masyarakat sipil. "Melalui sinergi ini, kita dapat memastikan pertumbuhan ekonomi tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat,” ujar Warit.
Warit mengatakan, proyek-proyek seperti Saraburi dan IKN Nusantara memberikan gambaran nyata bagaimana sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat dapat bersinergi dalam menciptakan pembangunan hijau yang inklusif.
Dengan dukungan dari organisasi seperti Kadin, sektor swasta Indonesia, terutama UMKM, akan lebih mudah beradaptasi dengan langkah-langkah dekarbonisasi yang diperlukan untuk mencapai target nasional.
"Kolaborasi lintas sektor yang terjalin melalui berbagai inisiatif ini merupakan kunci untuk mempercepat pencapaian tujuan pembangunan hijau yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan terus mendorong kemitraan ini, Indonesia akan semakin dekat dengan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan," ungkapnya.