Salip Batu Bara, Energi Terbarukan Diramal Sumber Utama Listrik 2025

ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Ilustrasi. Badan Energi Internasional alias IEA dalam laporannya menuliskan kapasitas pembangkit listrik energi terbarukan di seluruh dunia naik 4% tahun ini dibandingkan 2019.
Penulis: Sorta Tobing
11/11/2020, 12.04 WIB

Faktor penting untuk menjaga momentum ini adalah kebijakan pemerintah setiap negara dunia. Tiongkok telah secara efektif mendorong pemakaian panel surya untuk kebutuhan rumah tangga di tengah pandemi. Kebijakan ini bakal mendorong pemakaiannya mencapai level 150 gigawatt pada 2022, kenaikan hampir 40% dalam tiga tahun.

Namun, energi terbarukan di luar pembangkit listrik justru bernasib berbeda. Pemakaian biofuel untuk transportasi mencatat penurunan tahunan pertama dalam dua dekade terakhir. Kondisi ini terjadi karena harga bahan bakar minyak mentah yang turun sehingga konsumen beralih ke energi fosil ini.

Realisasi Pembangkit Listrik Energi Terbarukan RI

Indonesia juga sedang berupaya melakukan transisi pembangkit fosil ke energi terbarukan. Realisasinya pada semester pertama 2020 masih minim. Pembangkit listrik tenaga uap dari batu bara tetap mendominasi.

PLN juga mulai menggenjot pengembangan bauran energi dari fosil ke ramah lingkungan. Sebayak 5.200 unit pembangkit listrik tenaga diesel atau PLTD yang tersebar di 2.130 titik bakal diganti berbahan bakar energi baru terbarukan alias EBT.

Langkah tersebut sebagai upaya mendukung pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dan mencapai bauran EBT sebesar 23% di 2025. Konversi juga menjadi cara untuk meningkatkan ketahanan energi nasional.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa berpendapat rencana substitusi tersebut harus dilakukan secara konsisten. Pada 2011 hingga 2015, PLN memiliki program serupa, yaitu non fossil fuel program atau NF2, tapi batal. Justru di 2015, perusahaan setrum negara malah menambah pembangkit listrik tenaga mesin gas atau PLTMG yang memakai BBM.

Halaman: