Luhut Luruskan Soal Kabar Target Investasi Tesla di Indonesia

Menko Marves
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut Tesla tak pernah berkeinginan membangun pabrik mobil listrik di Indonesia.
25/2/2021, 18.17 WIB

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan akhirnya buka suara soal rencana Tesla membangun pabrik mobil listrik di India. Hal ini merespons isu yang menyebut perusahaan asal Amerika Serikat itu tak tertarik berinvestasi di Indonesia. 

Padahal, menurut dia, pemerintah dan Tesla tak pernah membicarakan investasi semacam itu. “Kami enggak pernah bicara soal pabrik mobil," ujar Luhut dalam Economic Outlook, CNBC Indonesia, Kamis (25/2).

Ia menyebut Tesla memiliki enam sektor usaha yang berpotensi digarap di Tanah Air. Keenam sektor itu adalah mobil listrik, Starlink (satelit akses internet), launching pad (tempat peluncuran satelit), hypersonic flight (pesawat hipersonik), baterai lihtium-ion, dan penstabil energi.  

Keinginan produsen mobil listrik itu berinvestasi di sini karena cadangan nikelnya yang besar. Dalam laporan tim EV Battery BUMN, kekayaan alam Indonesia mengandung 21 juta ton cadangan nikel. Angka tersebut sekaligus menjadi yang terbesar di kancah internasional. Negara ini juga mempunyai sejumlah material baterai lainnya, seperti aluminium, tembaga, dan mangan.

Luhut tak bisa menjelaskan lebih detail pembicaraan pemerintah dengan Tesla. Sebab, Indonesia telah meneken.  non-disclosure agreement (NDA) alias perjanjian larangan pengungkapan informasi. "Tapi sampai hari ini kami masih bicara. Jadi, tidak ada sebenarnya soal orang ribut mobil Tesla di India," kata dia.

Beberapa perusahaan top dunia juga telah menyatakan komitmennya untuk ikut serta dalam pengembangan proyek baterai untuk kendaraan listrik. Satu perusahaan asal Tiongkok, yaitu Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL). Yang kedua adalah LG Chem asal Korea Selatan.

Pemerintah berencana membuat bisnis baterai secara terintegrasi, dari hulu hingga hilir. Salah satu turunannya adalah asam sulfat. Produk ini dibutuhkan lithium baterai. “Nanti di Kawasan Industri Weda Bay (Maluku Utara) akan memproduksi asam sulfat dan baterai lihtium di 2023," kata Luhut. 

Indonesia Battery Corporation

CATL dan LG Chem akan masuk dalam proyek holding baterai negara ini yang bernama Indonesia Battery Corporation atau IBC. Di dalam perusahaan induk ini ada empat badan usaha milik negara (BUMN) bergabung, yaitu PT Indonesia Asahan Aluminium (MIND ID), PT Aneka Tambang Tbk, PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero).

Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury menyebut Indonesia Battery Corporation akan mendukung rantai pasokan kendaraan listrik. "Kami berharap IBC sebagai holding bisa terbentuk di semester pertama tahun ini," kata Pahala beberapa waktu lalu

Ada pula proyek untuk mendukung bisnis baterai yang sedang PT Freeport Indonesia kerjakan. Perusahaan tambang asal AS ini akan membangun pabrik pemurnian atau smelter tembaga di Weda Bay. Produk hilirisasi tersebut merupakan bahan baku pembuatan baterai. 

Rencananya, Freeport akan bekerja sama dengan perusahaan asal Tiongkok, Tsingshan Steel dan Huayou Group. Ketiga perusahaan akan menandatangani kontrak senilai US$ 2,8 miliar atau Rp 39,2 triliun. Proyek ini akan menghasilkan turunan pabrik pipa dan kawat tembaga.

Reporter: Verda Nano Setiawan

The pandemic has led Indonesia to revisit its roadmap to the future. This year, we invite our distinguished panel and audience to examine this simple yet impactful statement:

Reimagining Indonesia’s Future

Join us in envisioning a bright future for Indonesia, in a post-pandemic world and beyond at Indonesia Data and Economic Conference 2021. Register Now Here!