Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM berencana untuk mengembangkan salah satu sumber energi bersih yakni hidrogen atau fuel cell. Hal ini untuk menggenjot transisi energi dari bahan bakar fosil ke sumber energi baru yang ramah lingkungan.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana menyampaikan hidrogen merupakan kunci utama dalam pengembangan sistem energi masa depan. Meski demikian, hingga saat ini pengembangannya di Indonesia masih pada tahap penelitian.
"Untuk saat ini pengembangan hidrogen di Indonesia masih dalam tahap penelitian belum memiliki akses pada skala komersial," ujar Rida dalam diskusi General Electric secara virtual, Kamis (29/4).
Selain itu, guna menggenjot pengembangan energi baru terbarukan, pemerintah juga telah menetapkan strategi besar (grand strategy) energi nasional. Strategi tersebut menekankan pada upaya untuk memenuhi kebutuhan energi nasional, memperbaiki neraca perdagangan, dan mengembangkan infrastruktur energi.
Adapun dalam strategi tersebut, pemerintah juga berencana untuk memasukkan pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN. Hal ini sebagai upaya pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dioksida atau gas rumah kaca.
Rencananya pemerintah bakal membangun PLTN dalam skala kecil terlebih dahulu, yakni 100 megawatt (MW) hingga 200 MW untuk daerah terpencil.
Pertamina pun tak ingin ketinggalan dalam transisi menuju ke energi bersih. SVP Strategy & Investment Pertamina Daniel Purba mengatakan pihaknya bakal turut terjun ke bisnis hidrogen.
Adapun saat ini perusahaan energi pelat merah ini tengah mengembangkan hidrogen untuk pembangkit listrik bersama Pertamina Power International dengan kapasitas 0,3 MW. "Diharapkan bisa berkembang menjadi 20 MW pada 2025," ujarnya.
Selain itu, Pertamina juga bakal meningkatkan portofolionya di sektor panas bumi dengan menggenjot kapasitasnya dari 672 megawatt (MW) menjadi 1,2 gigawatt (GW) pada 2026. Pertamina juga ikut terlibat bersama PLN (Persero) dalam perusahaan holding bersama Industri Baterai Indonesia (IBI).