Pertamina Gaet Perusahaan Energi Jepang Kembangkan Hidrogen Hijau

123rf.com/Alexander Kirch
Ilustrasi energi hidrogen.
3/3/2023, 20.49 WIB

PT Pertamina Power Indonesia (Pertamina NRE) dan Tokyo Electric Power Company Holdings, Incorporated (TEPCO HD) menandatangani nota kesepahaman tentang pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau pada Jumat (3/3).

Nota kesepahaman ini mencakup pelaksanaan survey verifikasi, seleksi bersama atas area produksi hidrogen, identifikasi segmen pasar, hingga pengembangan pasar. Melalui kesepakatan studi bersama ini, keduanya akan mengembangkan hidrogen hijau dan amonia dengan biaya yang efisien.

Dalam tahapan komersialisasinya, prioritas target yang disasar oleh keduanya adalah pasar domestik Indonesia, dan dalam jangka menengah hingga panjang akan meluas ke pasar ekspor ke Jepang.

Penandatanganan dilakukan oleh Chief Executive Officer Pertamina NRE Dannif Danusaputro dan Executive Vice President & Chief Innovation Officer (CIO) TEPCO HD, Chikara Kojima. Nota kesepahaman ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan joint study agreement (JSA) antara keduanya pada 18 Oktober 2022 di Bali.

“Hidrogen bersih adalah salah satu bisnis masa depan Pertamina. Kami saat ini juga tengah mengembangkan pilot project hidrogen hijau di area panas bumi Ulubelu dengan target produksi 100 kg per hari," kata Dannif dalam siaran pers.

Studi bersama yang dilakukan kedua entitas tersebut mendapatkan dukungan dari NEDO, lembaga riset dan pengembangan nasional Jepang yang mendorong pengembangan teknologi dalam rangka membangun kehidupan masyarakat yang berkelanjutan.

Dannif mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia, di mana potensi ini selain dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pembangkitan listrik juga dapat dimanfaatkan untuk produksi hidrogen hijau serta amonia hijau.

"Kami percaya kolaborasi ini akan menciptakan nilai yang tinggi, terutama dalam upaya transisi energi serta dekarbonisasi,” ujar Dannif.

Pertamina NRE memiliki portofolio energi panas bumi yang dikelola oleh anak usahanya, PT Pertamina Geothermal Energy, Tbk. (PGE) yang baru saja secara resmi mencatatkan sahamnya di bursa efek Indonesia dengan kode PGEO.

Saat ini PGE mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dengan kapasitas terpasang sebesar 1,8 GW, di mana 672 MW dioperasikan dan dikelola langsung oleh PGE dan 1.205 MW dikelola dengan skenario Kontrak Operasi Bersama.

Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkontribusi sebesar sekitar 79% dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi pengurangan emisi CO2 sebesar sekitar 9,7 juta ton CO2 per tahun.

Keseriusan TEPCO HD untuk bekerja sama dengan Pertamina NRE dalam pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau juga ditunjukkan dengan kunjungan Duta Besar Jepang untuk Indonesia ke area panas bumi PGE Lahendong pada Minggu (26/2) untuk meninjau salah satu area panas bumi potensial untuk pengembangan hidrogen hijau.

Sebagai informasi, hidrogen diklasifikasikan berdasarkan warna yang mengacu pada sumber energi yang digunakan untuk menjalankan proses elektrolisis untuk memisahkan senyawa hidrogen (H) dari air (H2O). Meski hidrogen itu bebas emisi, proses produksinya berpotensi menghasilkan emisi.

Hidrogen hijau adalah hidrogen yang dihasilkan dengan memanfaatkan energi baru dan terbarukan. Ini adalah hidrogen yang benar-benar bebas emisi mulai dari proses produksinya.

Warna hidrogen lainnya yaitu abu-abu (grey) yakni menggunakan batu bara atau gas alam melalui proses yang disebut steam-methane reforming; biru (blue) menggunakan batu bara atau gas alam namun disertai penangkapan karbon.

Lalu hidrogen hijau toska (torquoise) yakni menggunakan gas alam melalui proses pyrolysis yang rendah karbon. Serta hidrogen merah muda (pink) yang memanfaatkan energi nuklir.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu