Pupuk Indonesia Jajaki Peluang Bisnis Energi Bersih Berbasis Amonia

Arief Kamaludin (Katadata)
Pupuk Indonesia
30/3/2023, 15.27 WIB

PT Pupuk Indonesia tengah melakukan studi kelayakan untuk produksi amonia biru dan amonia hijau sebagai langkah perusahaan untuk membuat energi alternatif yang lebih bersih sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM) dan gas.

Rencana diversifikasi portofolio bisnis tersebut cukup serius seiring adanya empat proyek pengembangan hidrogen biru dan empat proyek hidrogen hijau yang masing-masing sudah memeroleh mitra potensial.

Direktur Utara Pupuk Indonesia, Bakir Pasaman, mengatakan bahwa perusahaan tengah melirik pengembangan amonia menjadi sumber energi selain produksi amoniak atau amonia abu-abu (grey) untuk sektor pertanian atau urea. Sejauh ini, Pupuk Indonesia sanggup menghasilkan amonia 6,5 juta ton per tahun.

"Sekarang amonia tidak hanya digunakan sebagai pertanian atau urea, ini bisa digunakan sebagai energi karena amonia tidak mengandung unsur karbon," ujarnya saat ditemui selepas agenda Pupuk Indonesia Clean Ammonia Forum (PICAF) 2023 di Menara Danareksa, Jakarta, pada Kamis (30/3).

Adapun proyek amonia biru Pupuk Indonesia berada di empat lokasi berbeda, satu diantaranya terletak di Arun Lhokseumawe, Aceh. Proyek ini telah menjalin mitra potensial domestik seperti Energi Mega Persada-Gebang, PGN, dan perusahaan manufaktur asal Jepang, Mitusi.

Rencana proyek amonia biru selanjutnya terletak di Jawa Barat dengan skema kemitraan bersama PT Pertamina dan Mitshubishi Corporation. Kemitraan yang sama juga terjalin di rencana pengembangan proyek amonia biru di Sumatera Selatan.

Selanjutnya, Pupuk Indonesia juga akan bermitra dengan Inpex di proyek pengembangan amonia biru di Lapangan Gas Abadi di Pulau Yamdena, Kepulauan Tanimbar, Maluku.

Adapun rencana pengembangan proyek amonia hijau yang dijajaki oleh Pupuk Indonesia juga menyasar pada empat lokasi yang terletak di Arun Lhokseumawe Aceh, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bontang Kalimantan Timur.

Di proyek Aceh, Pupuk Indonesia bakal bekerja sama dengan PLN, TOYO dan ACWA Power. Sementara pada proyek pengembangan amonia hijau di Jawa Barat, mereka akan bermitra dengan PLN, Mitshubishi Corporation, dan Pertamina Power Indonesia.

Lebih lanjut, Pupuk Indonesia juga telah menjajaki kemitraan dengan PLN dan Pertamina Power Indonesia untuk proyek pengembangan amonia hijau di Bontang. Sedangkan proyek di Jawa Barat bermitra dengan IHI Corporation.

"Mesin-mesin kapan mulai didesain pakai amonia bukan pakai diesel. Sebagai produsen amonia terbesar di Indonesia tidak boleh ketinggalan," ujar Bakir.

Dia menjelaskan bahwa produksi amonia biru berasal dari gas alam yang kandungan karbonnya dijernihkan oleh teknologi carbon capture and storage (CCS). Sementara produksi amonia hijau berasal dari hasil elektrifikasi udara dan air.

"Jika ada gas alam yang dialokasikan ke kami, kami siap bangun pabrik amonia biru, kalau amonia hijau kami usdah kerja sama dengan ACWA untuk membangun di Indonesia," kata Bakir.

Wakil Presiden Layanan & Keberlanjutan Industri, untuk ASEAN, Asia Selatan, Afrika dan Timur Tengah TÜV SÜD, Bratin Roy, menyampaikan bahwa pengembangan amonia hijau dan amonia biru di negara asia masih memiliki sejumlah tantangan seperti adanya ketidakpastian penanaman modal atau investasi.

"Jika ada dua negara mau bilateral pada sektor amonia rendah karbon pasti ada masalah kepercayaan, apakah itu di pengkapalan, CSS, dan penyimpannya. Itu mengalami tantangan," kata Bratin Roy saat menjadi pembicara di agenda PICAF 2023.

Selain itu, minimnya sumber daya manusia yang tersertifikasi menjadi faktor lanjutan dalam pengembangan proyek amonia di sejumlah negara Asia. "Kompetensi masih sulit terutama untuk proyek jangka panjang," ujarnya.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu