Kementerian ESDM mencatat temuan potensi pengembangan energi terbarukan di Papua mencapai 381 gigawatt (GW). Angka tersebut sekitar 10,3% dari total potensi energi terbarukan Indonesia yang menurut data kementerian energi mencapai 3.696 GW.
Adapun proyeksi besaran sumber listrik bersih Papua mayoritas berasal dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Staf Ahli Perencanaan Strategis ESDM, Yudo Dwinanda Priadi, mengatakan bahwa besaran potensi setrum bersih itu akan menjadi modal potensial bagi pengembangan kawasan industri dan komersial di Bumi Cendrawasih.
"Potensi pengembangan industri hijau di Papua sangat besar, mengingat Papua punya potensi energi terbarukan 381 GW," kata Yudo saat menjadi pembicara di Jakarta Energy Forum di Sultan Hotel Jakarta pada Rabu (31/5).
Kementerian ESDM menyatakan total potensi energi terbarukan Indonesia mencapai 417,8 GW dengan potensi terbesar berasal dari surya atau matahari sebesar 207,8 GW.
Di sisi lain, Pemerintah Daerah (Pemda) Papua berniat mengembangkan pemanfaatan sumber energi terbarukan di sungai Baliem, Kabupaten Jayawijaya untuk mendorong Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) skala Industri.
Meski pembangunan PLTA di Jayawijaya masih dalam tahap penelitian. Perkiraan pemanfaatan sumber energi ini dapat menghasilkan listrik berkapasitas 50 hingga 100 megawatt (MW)
Selain PLTA, Pemda Papua juga sedang mengembangkan PLTS di beberapa daerah untuk melayani kebutuhan penerangan di kampung-kampung. Hingga Juni 2022, sudah ada 24 kampung di Kabupaten Tolikara, Yahukimo dan Waropen yang telah memanfaatkan setrum surya.
Menurut laporan PLN, hingga 2021 Indonesia memiliki 421 unit pembangkit listrik energi terbarukan dengan total kapasitas terpasang 4.189 megawatt (MW). Jumlah itu baru 6,5% dari total kapasitas terpasang pembangkit listrik nasional yang mencapai 64.553 MW pada tahun itu.
International Renewable Energy Agency (IRENA) menyebutkan kapasitas terpasang pembangkit energi terbarukan di Indonesia masih sangat minim, yakni baru 0,3% dari seluruh potensi yang ada. IRENA menilai hambatan utama di sektor ini adalah kurangnya investasi.
"Hambatan signifikan dalam mendorong transisi energi Indonesia adalah pendanaan dan investasi. Sumber pembiayaan perlu diperluas dan kapasitas pembiayaan lokal perlu ditingkatkan," kata IRENA dalam laporan Indonesia Energy Transition Outlook yang dirilis Oktober 2022.
Catatan Redaksi: Berita ini mengalami perubahan pada judul dan paragraf pertama terkait data potensi energi terbarukan Indonesia yang menurut data terakhir dari Kementerian ESDM mencapai 3.696 GW.