Laporan Statistical Review of World Energy menunjukkan bahwa energi terbarukan masih belum mampu menggeser dominasi bahan bakar fosil meski mencatatkan pertumbuhan kapasitas yang luar biasa sepanjang 2022.
Hingga akhir 2022 energi fosil masih berkontribusi terhadap 82% pasokan energi global. Adapun permintaan energi global tahun lalu naik sebesar 1% di tengah gejolak pasar energi dunia pasca-invasi Rusia ke Ukraina yang mengerek harga gas dan batu bara ke rekor tertingginya di Eropa dan Asia.
"Keunggulan produk minyak, gas, dan batu bara dalam memenuhi sebagian besar permintaan energi semakin kuat pada 2022 meskipun kapasitas energi terbarukan mencatatka peningkatan terbesar berkat pertumbuhan tenaga angin dan surya," tulis laporan tersebut, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (27/6).
Kapasitas energi terbarukan global, tidak termasuk pembangkit listrik tenaga air, tercatat tumbuh 14% sepanjang 2022. Energi surya dan angin mencatatkan rekor peningkatan kapasitas sebesar 266 gigawatt (GW).
Presiden Energy Institute yang berbasis di Inggris tersebut, Juliet Davenport, mengatakan bahwa dengan masih kuatnya dominasi energi fosil, pertumbuhan kapasitas energi terbarukan yang kuat tahun lalu tidak mempu menekan emisi gas rumah kaca di sektor energi global.
"Meskipun pertumbuhan angin dan matahari semakin kuat di sektor pembangkitan listrik, emisi gas rumah kaca terkait energi global secara keseluruhan meningkat lagi. Kita masih menuju ke arah yang berlawanan dengan yang diisyaratkan oleh Perjanjian Paris," ujar Davenport.
Laporan tahunan ini diterbitkan pertama kali oleh Energy Institute bersama dengan konsultan KPMG dan Kearny setelah mereka mengambil alih dari BP yang telah menulis laporan tersebut sejak tahun 1950-an.
Para ilmuwan mengatakan dunia perlu mengurangi emisi gas rumah kaca sekitar 43% pada tahun 2030 dari tingkat 2019 untuk memiliki harapan memenuhi tujuan Perjanjian Paris internasional untuk menjaga pemanasan jauh di bawah 2 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri.
Berikut adalah beberapa temuan dari laporan Statistical Review of World Energy:
- Permintaan energi primer global tumbuh 1%, melambat dari tahun sebelumnya sebesar 5,5%, namun masih sekitar 3% di atas level pandemi Covid-19
- Energi terbarukan, tidak termasuk tenaga air, menyumbang 7,5% dari konsumsi energi global, sekitar 1% lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
- Pembangkitan listrik naik 12%. Tenaga air dan surya tumbuh mencapai rekor 12%, kini melampaui nuklir yang turun 4,4% dan memenuhi 84% pertumbuhan konsumsi energi bersih.
- Porsi batu bara masih dominan dalam pembangkitan listrik yakni mencapai 35,4%.
- Konsumsi minyak naik 2,9 juta barel per hari (bph) menjadi 97,3 juta bph. Meski begitu level tersebut masih rendah 0,7% dibandingkan level sebelum Covid-19.
- Permintaan gas alam global turun 3% di tengah melambungnya harga.
- Konsumsi batu bara naik 0,6% ke level tertinggi sejak 2014 meski di tengah tingginya harga batu bara yang naik 145% di Eropa dan 45% di Jepang.
- Pertumbuhan energi terbarukan, tidak termasuk tenaga air, melambat menjadi 14%. Kapasitas tenaga angin dan surya menunjukkan rekor peningkatan 266 gigawatt (GW).