Kapasitas Bioenergi Capai 3,08 GW, 56% dari Target 5,5 GW pada 2025

ANTARA FOTO/Muhammad Arif Pribadi
Petugas memantau alat Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) di Desa Saliguma, Pulau Siberut tengah, Kepulauan Mentawai, Selasa (17/9/2019).
Penulis: Nadya Zahira
16/8/2023, 13.45 WIB

Kementerian ESDM menyampaikan hingga saat ini capaian kapasitas terpasang pembangkit listrik bioenergi mencapai 3,08 gigawatt (GW) atau 56% dari target rencana umum energi nasional (RUEN) 2025 sebesar 5,5 GW.

Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Edi Wibowo optimistis target RUEN 2025 sebesar 5,5 GW tersebut bisa tercapai dalam 30 bulan ke depan.

Dia mengatakan, pihaknya terus melakukan upaya guna mempercepat transisi energi untuk mencapai target Net zero emission 2060. Menurut RUEN tersebut, kontribusi bioenergi pada tahun 2025 terdiri dari bioenergi 5,5 GW, biofuel sebesar 13,9 juta kL, biomassa sebesar 8,4 juta ton, dan biogas sebesar 498,8 juta m3.

“Hingga saat ini, tercatat capaian kontribusi biofuel sebesar 8,4 juta kl (60,4%), PLT bioenergi mencapai 1,9 MW (34,5%), dan biogas baru mencapai 28,07 juta m3 (5,6%),” ujar Edi saat dihubungi Katadata.co.id, Rabu (16/8).

Edi mengatakan, potensi bioenergi sebesar 5,5 GW tersebut merupakan peluang bagi investor untuk bisa ikut berpartisipasi dalam mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) khususnya di sektor bioenergi.

Adapun upaya yang dilakukan Kementerian ESDM dalam mengejar target 5,5 GW tersebut diantaranya sebagai berikut:

  1. Memperbaiki Iklim Usaha dan Investasi Pengembangan PLT Bioenergi, termasuk penetapan Peraturan Presiden No 112/2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik.
  2. Meningkatkan kapasitas terpasang PLT Bio (project pipeline) dengan memastikan semua pihak yang terlibat melaksanakan komitmen dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) nya, baik itu RUPTL PLN 2021-2030 dan RUPTL pemegang wilayah usaha yang lain selain PLN.
  3. Melaksanakan Proyek Percepatan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) sesuai dengan Perpres No. 35/2018 di 12 Kota.
  4. Mendorong agroindustri dalam memanfaatkan potensinya untuk pembangkit offgrid.
  5. Mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) skala kecil di wilayah Timur Indonesia dan di daerah terdepan, terluar dan terbelakang (3T) secara masif dengan memanfaatkan potensi setempat.

Namun demikian, Edi mengatakan dalam menjalankan pengembangan biomassa untuk listrik tentu terdapat beberapa tantangan seperti, skala bisnis yang menguntungkan secara ekonomis membutuhkan modal awal yang cukup besar. Selain itu, teknologi yang digunakan sebagian besar masih tergantung dari luar negeri.

"Memang terdapat beberapa tantangan, selain itu tantangan lainnya juga kami memerlukan peningkatan infrastruktur baik untuk grid dan lainnya," ujarnya.

Sementara itu, Kementerian ESDM mencatat kapasitas pembangkit listrik tenaga energi baru terbarukan (PLT EBT) mencapai 11.157 megawatt (MW) pada 2021. Kapasitas ini di bawah target yang ditetapkan sebesar 11.357 MW untuk 2021.

Kapasitas PLT EBT tersebut terdiri dari 6.601,9 MW tenaga air, 2.276,9 MW tenaga panas bumi, 1.920,4 MW bioenergi, 200,1 MW tenaga surya, 154,3 MW tenaga angin, dan 3,6 MW tenaga hibrida.

Sejak 2017, kapasitas PLT EBT terpasang terus meningkat. Kapasitas tercatat sebesar 9.427 MW pada 2017 dan meningkat menjadi 9.830 MW pada 2018. Pada 2019, kapasitasnya mencapai 10.289 dan meningkat menjadi 10.502 MW pada 2020.

Ada tambahan kapasitas sebesar 654,76 MW pada 2021. Ini terdiri dari 260 MW perluasan PLTA Poso, 16,5 MW PLT Bioenergi, 90 MW PLTA Malea, 111,25 MW dari 18 unit pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM), 146,2 MW pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), dan 30,81 MW PLTS.

Reporter: Nadya Zahira