Anak Perusahaan Barito Renewables (BREN), PT Barito Wind Energy (Barito Wind), dan ACEN Investments HK Limited
(ACEN HK), mengumumkan penandatanganan Perjanjian Jual Beli (SPA) dengan UPC Renewables Asia Pacific Holdings untuk akuisisi aset pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu atau angin (PLTB) tahap akhir di Indonesia, Jumat (15/12).
Berdasarkan ketentuan perjanjian, Barito Wind akan memiliki 51% dari tiga aset pengembangan tersebut, sedangkan ACEN HK akan memiliki 49% sisanya.
Tiga aset pengembangan pembangkit listrik tenaga angin tahap akhir, dengan potensi kapasitas gabungan sebesar 320 MW, terletak di Sulawesi Selatan (Sidrap 2), Sukabumi dan provinsi Lombok di Indonesia.
Selanjutnya, Barito Wind dan ACEN sedang berdiskusi untuk membentuk kemitraan jangka panjang dan berkolaborasi dalam proyek energi angin tambahan di Indonesia di luar tiga pembangkit listrik tenaga angin tahap akhir aset pembangunan.
CEO Barito Renewables, Hendra Tan, mengatakan investasi tersebut menempatkan BREN pada posisi terbaik untuk memanfaatkan luasnya wilayah Indonesia potensi energi angin dan berkontribusi pada lanskap energi terbarukan negara ini.
"Barito Energi terbarukan tetap teguh dalam mendukung upaya Indonesia mencapai masa depan net zero dan mewujudkannya energi bersih secara lokal dan global," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (15/12).
CEO ACEN International, Patrice Clausse, mengatakan Indonesia adalah terobosan pertama mereka di luar Filipina, menggarisbawahi kepentingan strategisnya dalam kisah pertumbuhan ACEN.
"Sebagai pemain terkemuka di sektor energi terbarukan, perjanjian penting ini dengan Barito Renewables dan UPC Renewables menandai tonggak sejarah lain dalam perjalanan kami," ujarnya.
Indonesia telah menargetkan untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060, yang mencakup komitmen untuk mencapai emisi nol bersih. ACEN dan Barito mempunyai inisiatif dekarbonisasi yang sama untuk membantu Indonesia mencapai tujuannya.
Barito melalui anak perusahaannya, Star Energy, juga merupakan mitra ACEN di pembangkit listrik tenaga panas bumi Salak dan Darajat berkapasitas 663 MW di Barat Jawa, Indonesia.
Denmark tercatat sebagai negara yang paling banyak menggunakan PLTB dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Berdasarkan data Ember Climate, porsi listrik dari PLTB dan PLTS di Denmark mencapai 51,9% dari total listrik yang dihasilkan di negara tersebut pada 2021.
Di posisi selanjutnya ada Uruguay dengan porsi PLTB dan PLTS sebesar 46,7%, diikuti Luksemburg 43,4%, Lithuania 36,9%, dan Spanyol 32,9%. Negara pengguna PLTB dan PLTS terbesar masih didominasi oleh negara-negara Eropa. Adapun satu-satunya negara non-Eropa yang masuk ke daftar 10 teratas hanyalah Uruguay.
Secara global, pembangkit listrik tenaga angin dan surya menghasilkan 10,3% pasokan listrik dunia pada tahun 2021. Angka ini meningkat dari 9,3% pada tahun 2020.