Cina Akan Genjot Kapasitas EBT 2.060 GW, Peningkatan Terbesar di Dunia

123RF.com/Giuseppe Sparta
Pembangkit listrik tenaga angin di Dabancheng, Xinjiang, Tiongkok.
11/1/2024, 17.34 WIB

Status Cina sebagai raksasa energi terbarukan akan diperkuat dalam lima tahun ke depan. Negara tirai bambu tersebut akan menambah kapasitas energi terbarukan lebih besar dibandingkan gabungan negara-negara lain di dunia.

Badan Energi Internasional dalam laporan Energi Terbarukan 2023 yang dirilis pada hari Kamis (11/1) mengatakan bahwa Cina akan menyumbang 56% dari penambahan kapasitas energi terbarukan pada periode 2023-28.

Cina diperkirakan akan meningkatkan kapasitas energi terbarukan sebesar 2.060 gigawatt (GW) pada periode perkiraan, sementara negara-negara lain di dunia akan menambah 1.574 GW, menurut data IEA.

Uni Eropa dan Amerika Serikat merupakan negara penghasil energi terbarukan terbesar berikutnya, masing-masing sebesar 429 GW dan 337 GW.

Namun perlu dicatat bahwa India diperkirakan akan menambah kapasitas energi terbarukan sebesar 203 GW, sementara 11 negara yang tergabung dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) diperkirakan akan meningkatkan kapasitas sebesar 63 GW.

Hal ini menunjukkan bahwa Asia merupakan kekuatan dominan dalam pemanfaatan energi terbarukan, terutama karena kebijakan yang mendukung dan ketersediaan modal serta perjanjian offtake untuk listrik yang dihasilkan.

Laporan IEA juga menyoroti bagaimana Cina menjadi kekuatan terdepan dalam energi terbarukan, dengan kebijakan-kebijakan yang mendukung mendorong peningkatan besar dalam perkiraan penambahan kapasitas dari laporan sebelumnya pada Desember 2022.

“Tiongkok menyumbang hampir 90% dari revisi perkiraan peningkatan global, yang sebagian besar terdiri dari fotovoltaik surya (PV). Faktanya, kemampuan manufaktur PV surya mereka meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun lalu, sehingga menciptakan kelebihan pasokan global,” kata IEA.

“Hal ini telah menurunkan harga modul lokal hampir 50% dari Januari hingga Desember 2023, sehingga meningkatkan daya tarik ekonomi proyek PV surya skala utilitas dan distribusi,” kata laporan tersebut.

IEA mengatakan biaya yang lebih rendah membuat tenaga surya skala utilitas lebih menarik di Cina dibandingkan pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas.

Cina juga telah memperjelas peraturan seputar sertifikat hijau, yang akan memberikan pendapatan tambahan bagi pengembang tenaga surya dan angin.

Negara tersebut juga diperkirakan akan meningkatkan kesenjangannya dibandingkan negara-negara lain di dunia dalam penerapan energi terbarukan, bahkan ketika Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa meningkatkan dukungan kebijakan dan keuangan.