Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap alasan target bauran energi baru terbarukan (EBT) 2023 gagal tercapai. Bauran EBT hanya mencapai 13,1% pada 2023, di bawah target sebesar 17,8%.

Plt Direktur Jenderal EBT dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Jisman Parada Hutajulu, mengatakan kapasitas pembangkit listrik EBT sebenarnya trus naik setiap tahunnya.  Kapasitas pembangkit listrik EBT mencapai 13.155 MW pada 2023, naik dari tahun sebelumnya sebesar 12.616 MW. 

Namun, Jisman mengatakan, target bauran EBT tidak dilihat berdasarkan kapasitasnya, namun persentase dibandingkan energi konvensional. Penambahan operasi pembangkit listrik berbahan bakar fosil yang masif menyebabkan persentasi bauran EBT tidak tumbuh signifikan, meskipun kapasitasnya terus bertambah

"Seperti tahun ini ada pembangkit besar raksasa, ada 4 GW PLTU ada yang masuk," ujarnya saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (18/1).

Dia mengatakan, pembangunan 1 GW pembangkit bahan bakar fosil setara dengan 4 GW pembangkit EBT. Pasalnya, pembangkit EBT seperti PLTS dan PLTB hanya beroperasi rata-rata 4-5 jam sehari.

"Jadi setiap kita mengoperasikan 1 GW PLTU, itu harus bangun 4 GW PLTS atau PLTB agar persentasenya masih sama," kata dia.

Di sisi lain, Jisman mengatakan, pembangunan PLTU diperlukan untuk mengejar target penyediaan listrik 35.000 MW yang dicanangkan pemerintah Jokowi. "Untuk mengejar program 35.000 MW itu kan paling banyak dari PLTU," ujarnya.

Revisi Target Bauran EBT

Sebelumnya, pemerintah melalui Dewan Energi Nasional (DEN) merevisi target bauran energi baru terbarukan (EBT) pada 2025 menjadi 17-19 persen dari target sebelumnya sebesar 23 persen lewat pembaharuan Kebijakan Energi Nasional (KEN).

DEN menyusun pembaharuan PP Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional yang menyesuaikan dengan perubahan lingkungan strategis yang selaras dengan komitmen perubahan iklim serta mengakomodasi upaya transisi energi menuju netral karbon 2060.

"Targetnya, 2023 dulu 23 persen. Dalam pembaharuan KEN, nanti kalau diketok, diteken Presiden, maka berubah menjadi 17-19 persen," kata Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan DEN Yunus Saefulhak dalam konferensi pers capaian sektor ESDM 2023 dan Program Kerja 2024 di Jakarta, Rabu (17/1).

Yunus menjelaskan perubahan target di kisaran angka tersebut dimaksudkan agar jika capaian target tetap masuk meski hanya tercapai di skenario angka terendah.

"Kalau skenario rendah di antaranya kita tercapai, ya sudah bagus, KEN menuntun jalan sesuai koridornya," katanya.

Dalam Revisi PP KEN disebutkan jika bauran energi primer EBT mencapai 19-21 persen pada 2030. Kemudian target bauran energi mencapai 38-41 persen. Sementara target bauran energi pada 2060 mencapai sebesar 70-72 persen.

"Nanti di 2060, itu 70-72 persen EBT-nya, kalau dulu di PP KEN lama, itu 2050 70 persennya adalah fosil. Sekarang justru dibalik, 70 persen EBT, fosilnya jadi 30 persen," katanya.