PT PLN (Persero) mendapat dana hibah senilai sekitar US$ 1 juta atau Rp 15 miliar dari Badan Perdagangan dan Pembangunan Amerika Serikat atau The United States Trade and Development Agency (USTDA).
Dana hibah tersebut digunakan untuk mendukung studi kelayakan PLN terhadap pembangunan infrastruktur energi baru terbarukan (EBT) di lima daerah terluar, terdepan dan tertinggal (3T) di wilayah Indonesia Timur.
Kolaborasi ini ditandai dengan pertukaran dokumen Grant Agreement “The Indonesia Net Zero World Renewable Energy Mini-Grid” yang telah ditandatangani oleh USTDA dan PLN di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Senin (12/02).
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, mengatakan kolaborasi dan kemitraan sangat penting untuk memajukan transisi energi di Indonesia. Hal ini dalam rangka mendukung langkah Pemerintah Indonesia yang telah mengumumkan target Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC) pada 2030 dan Net Zero Emissions (NZE) di 2060.
"Kemitraan ini tentu saja sejalan tujuan PLN untuk meningkatkan bauran energi terbarukan dalam rangka mewujudkan Net Zero Emissions," kata Darmawan melalui siaran pers yang diterima Katadata.co.id, Selasa (13/2).
Direktur Keuangan PLN, Sinthya Roesly, menyampaikan bahwa dana hibah itu akan digunakan untuk persiapan studi kelayakan teknis dan ekonomi proyek mini-grid EBT Indonesia di wilayah 3T Indonesia Timur.
Kegiatan ini mencakup desain solusi teknik yang terperinci, evaluasi dampak ekonomi, lingkungan, hingga dampak lain dari pembangkit listrik EBT ketika dijalankan. Studi ini juga penting untuk menganalisis dan mendukung implementasi PLN dalam mempersiapkan proyek EBT di wilayah 3T di kemudian hari.
Dia mengatakan, kolaborasi ini diharakan dapat meningkatkan akses kelistrikan di lima wilayah 3T menjadi 24 jam lewat dukungan energi hijau.
"Saya harap kolaborasi ini menjadi langkah awal yang bisa membawa pengaruh besar bagi masyarakat Indonesia,” tutur Sinthya.
Bersama USTDA, PLN akan mengembangkan pembangkit hibrida dengan mengkolaborasikan antara Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) existing dan Solar PV serta battery storage di lima lokasi 3T potensial di Indonesia Timur.
Direktur USTDA, Enoh T. Ebong, mengatakan kolaborasi pengembangan EBT dengan PLN ini telah sejalan dengan visi global USTDA dalam mendorong pertumbuhan keberlanjutan di negara berkembang. Transformasi penggunaan EBT akan berimplikasi terhadap mitigasi krisis iklim, khususnya lewat penyediaan akses kelistrikan yang dapat diandalkan.
”Dengan menawarkan sumber daya teknis dan teknologi yang tersedia, kami melihat peluang besar untuk memperluas akses energi ramah lingkungan di seluruh Indonesia,” jelas Enoh T. Ebong.
The Charge d’Affaires ad interim U.S. Embassy Indonesia, Michael F. Kleine mengatakan bantuan dana USTDA sejalan dengan hasil pertemuan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden tahun lalu terkait dengan upaya meningkatkan hubungan bilateral antar kedua Negara, salah satunya melalui kerja sama energi bersih.
”Oleh karena itu, kami di Kedutaan Besar AS sangat bersemangat dengan proyek ini, melalui kolaborasi inovasi dan perdagangan, dengan tujuan yang sama. Kita akan mencapai tujuan yang kita inginkan dan sekali lagi menjadikan tahun ini bukan hanya tahun kemakmuran, tetapi juga energi bersih,” kata Michael.