Singapura Masih Menimbang-nimbang Penggunaan Energi Nuklir

Pixabay
Penggunaan energi nuklir merupakan salah satu skenario yang mungkin dilakukan oleh Singapura dalam rencana dekarbonisasinya.
Penulis: Hari Widowati
22/3/2024, 08.21 WIB

Singapura belum mengambil keputusan mengenai energi nuklir. Namun, negara tersebut melalukan berbagai upaya untuk lebih memahami teknologi ini dan implikasinya.

"Singapura bertujuan untuk mencapai emisi karbon nol pada tahun 2050, tetapi sebagai negara yang kekurangan energi, pilihan untuk dekarbonisasi terbatas," ujar juru bicara Badan Lingkungan Hidup Nasional (NEA) dan Otoritas Pasar Energi (EMA) seperti dikutip Channel News Asia, Kamis (21/3).

Menurut juru bicara tersebut, setiap keputusan untuk menggunakan energi baru membutuhkan pertimbangan dan demonstrasi keamanan, keandalan, keterjangkauan, dan kelestarian lingkungan. Saat ini, sekitar 95% listrik Singapura dihasilkan dari gas alam, dalam bentuk gas alam cair (LNG) dari Indonesia dan Malaysia.

Bulan lalu, Wakil Perdana Menteri Lawrence Wong mengatakan meskipun LNG merupakan bentuk bahan bakar fosil yang paling bersih, Singapura tidak dapat mencapai target nol emisinya dengan hanya mengandalkan gas alam.

Penggunaan energi nuklir merupakan salah satu skenario yang mungkin dilakukan oleh Singapura untuk mencapai target nol emisi, menurut Laporan Komite Energi 2050 yang dirilis pada tahun 2022. Nuklir berpotensi memasok sekitar 10% dari kebutuhan negara.

Namun, penggunaan energi nuklir memang memiliki risiko. Pada Maret 2011, gempa bumi dan tsunami yang diakibatkannya menyebabkan kehancuran di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi di Jepang Bencana ini membuat semua orang yang tinggal dalam radius 20 km harus dievakuasi karena khawatir akan kontaminasi radiasi.

"Mengingat kompleksitas teknis dan perkembangan yang sedang berlangsung dalam energi nuklir canggih dan teknologi fusi, ada kebutuhan untuk terus membangun kemampuan untuk lebih memahami implikasi keselamatan, keamanan dan lingkungan dari teknologi energi nuklir canggih untuk konteks Singapura," ujar juru bicara NEA dan EMA, pada Jumat (22/3).

Beberapa upaya ini termasuk mendukung penelitian keselamatan nuklir melalui inisiatif seperti Program Penelitian dan Pendidikan Keselamatan Nuklir, dan melalui lembaga akademis seperti Singapore Nuclear Research and Safety Initiative.

Singapura juga terlibat dengan organisasi-organisasi internasional untuk memperdalam pemahamannya tentang teknologi nuklir yang terus berkembang, memfasilitasi pertukaran informasi, dan membangun kemampuan dalam keselamatan nuklir serta kesiapsiagaan dan tanggap darurat.

"Dalam hal ini, NEA merupakan anggota aktif dari Jaringan Badan Regulasi Energi Atom ASEAN (ASEANTOM) yang bertujuan untuk meningkatkan kegiatan regulasi dan lebih memperkuat keselamatan, keamanan, dan perlindungan nuklir di dalam Komunitas ASEAN," kata juru bicara tersebut.