Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat akan ada dua pembangkit listrik yang bersumber dari Energi Baru Terbarukan (EBT) akan commercial operation date (COD) atau beroperasi pada 2024.

Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, mengatakan dua pembangkit tersebut adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di IKN dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Aceh. 

Eniya mengatakan, dua pembangkit yang terletak di Sumatera dan Kalimantan tersebut masing-masing memiliki kapasitas sebesar 40 Megawatt (MW). Adapun, kedua pembangkit EBT tersebut ditargetkan paling telat beroperasi pada akhir tahun atau Desember 2024.

"Paling juga Desember (COD), sedapat mungkin sebelumnya (Desember)," ujarnya.

PLTS IKN

Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan pemerintah terus berkomitmen mewujudkan IKN yang hijau dan ramah lingkungan. Salah satunya dengan memanfaatkan PLTS berkapasitas 50 MW sebagai sumber energi di ibu kota Indonesia baru tersebut.

Rencananya, PLTS tersebut dibangun di atas lahan seluas 100 hektare di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. PLTS tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan listrik di IKN sebesar 10 persen.

"Untuk proyek green city di IKN, sudah dilaksanakan antara lain PLTS 10 MW, yang akan commercial operation date (COD) pada bulan depan, kemudian juga PLTS berkapasitas 40 MW, yang akan COD di pertengahan tahun 2024," ujar Arifin.

Secara keseluruhan, menurut dia, pemerintah menargetkan IKN dapat menggunakan pasokan dari energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 80 persen dari total kebutuhan listrik pada 2045. PLTS tersebut juga dilengkapi gardu induk berkapasitas 50 MW beserta kabel transmisinya.

PLTA Aceh

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu, mengatakan progres fisik PLTA Peusangan telah mencapai 94,71%. COD unit 1 berkapasitas 45 MW direncanakan pada akhir 2024. Sementara COD unit 2 berkapasitas 43 MW ditargetkan Mei 2025.

Jisman mengatakan, PLTA Peusangan akan menjadi salah satu tulang punggung pemanfaatan energi bersih di Pulau Sumatra. Untuk itu, PLTA Peusangan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan tenaga listrik, khususnya untuk di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara.

"PLTA Peusangan memiliki peran sebagai pembangkit baseload, menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik, serta dapat meningkatkan keandalan sistem," ujar Jisman melalui siaran pers, Kamis (25/4).

Dia mengatakan, PLTA Peusangan berkontribusi dalam bauran EBT sebesar 0,61% dalam mencapai target bauran nasional. Secara jangka panjang, PLTA Peusangan juga akan menurunkan konsumsi LNG di Sumatera Utara.

Jisman berharap COD PLTA Peusangan dapat berjalan sesuai target, karena segi pembebasan lahan, konstruksi, sudah di angka lebih dari 90%. Ia menyebut bahwa tantangan ke depan di sektor ketenagalistrikan bukan hanya terkait masalah keandalan, efisiensi dan harga listrik yang murah, namun juga masalah lingkungan yang berimbas kepada tuntutan pengelolaan emisi dan peningkatan penggunaan energi bersih.

“Harapannya nanti di akhir Desember udah jadi, ini penting buat negara, PLN dan juga masyarakat,” ucapnya.

Ia juga berharap dengan beroperasinya PLTA Peusangan dapat mendukung dekarbonisasi dan net zero emission (NZE), dan mengurangi emisi Gas Rumah Kaca [GRK] di negara.

Reporter: Djati Waluyo