Pembangunan PLTS Indonesia Tertinggal Jauh Dibandingkan Negara ASEAN Lain

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/tom.
Petugas memotret Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) IKN di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis (1/8/2024). PLTS IKN yang saat ini telah beroperasi dengan kapasitas 10 MW itu akan memasok 100 persen kebutuhan listrik untuk upacara peringatan HUT Ke-79 RI di IKN.
13/8/2024, 18.22 WIB

Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai Indonesia tertinggal cukup jauh dalam perkembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) jika dibandingkan dengan beberapa negara di Asia Tenggara atau ASEAN.

Analis Sistem Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan IESR, Alvin Putra, mengatakan dalam dua sampai tiga tahun terakhir Indonesia sudah menunjukan perbaikan dalam adopsi PLTS. Namun, hal tersebut sebagian besar karena masuknya investasi dari perusahaan energi asal Uni Emirate Arab yaitu Masdar yang membangun PLTS Apung di Cirata.

“Tahun 2021 sampai 2023 itu penambahannya hampir 400 MW, walaupun yang sepertiganya itu didorong oleh adanya PLTS Terapung Cirata yang 145 MW. Hampir setengahnya itu didorong oleh adanya PLTS skala besar,” ujar Alvin dalam Media Breafing, Selasa (13/8).

 Alvin mengatakan, Indonesia masih tertinggal jauh dengan Vietnam yang memiliki kapasitas energi surya terbesar di ASEAN. Negara tersebut memiliki kapasitas energi surya 17 gigawatt (GW), diikuti Thailand sebesar 3 GW di tempat kedua.

 Menurut Alvin, negara-negara di Asia Tenggara sebenarnya semakin agresif untuk mengelola energi surya dalam dua sampai tiga tahun terakhir. Penambahan kapasitas pembangkit energi surya Filipina menjadi yang paling besar selama 2021-2023, yakni 600 MW dan melebihi Vietnam dan Thailand.

 “Salah satu pendorongnya adalah kebijakan ekonomi yang konsisten, serta mereka juga landscape pasar ketenagakelistrikannya itu didominasi swasta. Jadi ini bukan satu-satunya penyebab ya pendorongnya, tapi secara market para investor pasar ini melihat Filipina sebagai pasar yang cukup stabil,” ujarnya.

 Sementara itu, Malaysia mencatatkan penambahan kapasitas pembangkit surya mencapai 450 MW. Kondisi ini terjadi karena ada beberapa trigger atau pendorong, yang salah satunya adalah tender skala besar, yang dinamakan large solar scale.

 “Large scale solar itu tender-tender skala besar yang diadakan oleh TNB, Tenaga Nasional Berhad, itu semacam mungkin PLN mereka, tapi mereka itu mengadakan tender-tender energi surya skala besar 100 MW ke atas seperti itu, sehingga selama tahun 2021 sampai 2023 itu penambahannya juga cukup signifikan,” ucapnya.

Reporter: Djati Waluyo