Institute Essential for Services Reform (IESR) mendorong pemerintah untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia untuk menghadapi masa transisi energi. Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengatakan persiapan tersebut perlu dilakukan melalui pelatihan dan peningkatan kapasitas tenaga kerja, serta mempererat koordinasi antar kementerian terkait.
IESR menawarkan lima strategi untuk memastikan SDM Indonesia memiliki daya saing tinggi di era transisi energi.
"Pertama, mengidentifikasi keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan untuk transisi energi serta merumuskan strategi yang terarah untuk mengembangkan keahlian, keterampilan dan kapasitas tenaga kerja terampil yang dibutuhkan dalam sektor energi bersih," ujar Fabby dalam webinar Road to Indonesia Energi Transition Dialogue, Selasa (27/8).
Strategi kedua adalah dengan meningkatkan anggaran untuk membangun fasilitas pelatihan, pendidikan dan sertifikasi teknologi energi bersih. Strategi ketiga adalah meningkatkan koordinasi antara pembuat kebijakan terkait transisi energi dan instansi yang bertanggung jawab pada penyiapan tenaga kerja dan ahli-ahli profesional.
"Pembuat kebijakan terkait adalah Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, sehingga secara aktif terlibat dalam pembahasan transisi energi untuk memastikan kesiapan sektor tenaga kerja menghadapi perubahan lanskap kesempatan kerja dan lapangan pekerjaan," ujarnya.
Keempat, pemerintah dapat menyiapkan program pelatihan dan peningkatan kapasitas untuk pekerja dari sektor energi fosil agar dapat menguasai pekerjaan di sektor energi bersih dan dapat beralih di saat transisi energi mulai terjadi.
Kelima, IESR mengusulkan agar pemerintah memfasilitasi peralihan pekerjaan untuk mengurangi potensi pengangguran akibat transisi energi dengan menggunakan kapasitas fiskal yang dimiliki pemerintah.
Investasi Hijau Ciptakan Lapangan Kerja 2,2 Juta
Sebelumnya, Ketua Tim Pelaksana Program Sustainability Development Goals (SDGs) Indonesia Vivi Yulaswati mengatakan investasi hijau dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang cukup besar jika dibandingkan dengan investasi konvensional. Investasi hijau diprediksi dapat menciptakan lapangan kerja sebesar 1,8 sampai 2,2 juta pada 2060.
Vivi mengatakan, lapangan kerja tersebut dihasilkan dari intervensi pada beberapa sektor seperti energi terbarukan, teknologi kendaraan listrik, evisiensi energi, pemanfaatan lahan, dan peningkatan penanganan limbah. "Lapangan pekerjaan hijau atau green job itu akan tumbuh kurang lebih 7 sampai 10 kali lipat lapangan kerja lebih besar dibandingkan investasi reguler," ujar Vivi dalam Lestari Summit 2024, Rabu (21/8).
Vivi mengatakan, peningkatan pekerjaan terkait transisi energi terjadi sejalan dengan perkembangan energi terbarukan di Indonesia. Ia menyebut pada 2023 ada 630 ribu lapangan kerja di sektor energi baru terbarukan. Pada 2030, jumlah lapangan kerja di sektor energi hijau ini bertambah sebanyak 740 ribu. Kemudian, ia memperkirakan akan ada 1,07 juta lapangan pekerjaan pada 2050.