Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eniya Listiani Dewi, optimistis PT Pertamina (Persero) mampu untuk menyediakan bahan bakar Sustainable Aviation Fuel (SAF) alias bioavtur secara optimal pada 2027.
"Kami melihat Pertamina sanggup untuk menyediakan 1 persen (bioavtur), kalau tidak salah 400 ribuan (kiloliter)," ujar Eniya saat ditemui di sela acara "Green Initiative Confrence 2024", di Jakarta, Selasa (24/9).
Eniya mengatakan hal yang harus menjadi perhatian dalam mendukung roadmap bioavtur pada 2027 adalah ketersediaan bahan baku untuk memproduksi bahan bakar ramah lingkungan tersebut.
"Kalau untuk bioavtur, saya yakin bisa diproduksi di Indonesia," ujarnya.
Lanjutnya, ia berharap agar sawit juga dapat diakui oleh dunia sebagai salah satu bahan bioavtur. Pasalnya, dengan memanfaatkan sawit yang melimpah, maka diharapkan dapat membuat harga bioavtur menjadi terkendali.
Eniya mengatakan, bahan baku yang telah diakui dunia untuk menjadi salah satu bahan bioavtur adalah minyak kelapa dan minyak jelantah. "Saya yakin kita harus kuat, karena kita punya industri sawit yang luar biasa, dan saya mendukung kalau bahan bakunya dari sawit," katanya.
Virgin Australia Pakai Bioavtur Pertamina
Sedangkan PT Pertamina Patra Niaga berhasil menjual SAF kepada maskapai internasional Virgin Australia Airlines di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Penggunaan bahan bakar ini mampu mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh industri penerbangan.
Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga Maya Kusmaya mengatakan, SAF menjadi solusi jangka menengah bagi penerbangan untuk mengurangi jejak karbon, tanpa memerlukan perubahan pada pesawat, infrastruktur bandara, atau rantai pasokan bahan bakar jet.
"SAF yang disalurkan sudah mengacu pada framework sertifikasi International Sustainability and Carbon Certification (ISCC) untuk Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dan Renewable Energy Directive-European Union (RED-EU)," ujar Maya dalam keterangan, Rabu (18/9).
Maya mengatakan, SAF yang disalurkan Pertamina ke maskapai asal Australia juga sudah memenuhi standar internasional yang diatur oleh American Society of Testing and Materials (ASTM).
Pertamina Patra Niaga juga menjamin keamanan SAF ini karena sudah termasuk sebagai Corsia Eligible Fuel (CEF) yang dapat diklaim kepada International Civil Aviation Organization (ICAO). Mereka optimistis bioavtur bisa mengurangi emisi karbon dari bahan bakar fosil.
"Karena SAF Pertamina merupakan perpaduan dari 38,43% synthetic kerosene yang diproduksi dari minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO) dan 61,57% avtur yang berasal dari fosil," ujarnya.
Sementara itu, General Manager Sustainability Virgin Australia Fiona Walmsley mengatakan kerja sama ini merupakan langkah awal antara Indonesia dan Australia dalam upaya mewujudkan target Net Zero Emission di kedua negara.
“Indonesia dan Australia berkomitmen untuk mengurangi jejak karbon dan mengimplementasikan solusi ramah lingkungan yang inovatif. Kolaborasi ini menunjukkan tekad untuk membangun masa depan sektor aviasi yang lebih berkelanjutan dan bersih,” ujar Fiona.