Thorcon Power Berencana Bangun 7 PLTN di Indonesia, Total Kapasitas 3.500 MW

ANTARA FOTO/Galih Pradipta/foc.
Peneliti BRIN melakukan pengecekan kolam reaktor nuklir di fasilitas Reaktor Serba Guna G.A Siwabessy, di kawasan Sains dan Teknologi B.J. Habibie, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin (15/7/2024). Reaktor serba guna G.A Siwabessy milik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah reaktor riset tipe kolam dengan bahan bakar uranium silisida yang kapasitas 30 MWth mampu dimanfaatkan untuk riset bahan bakar nuklir, radiografi neutron, analisis aktivasi neutron, riset berkas neutron, dan produksi radioi
31/10/2024, 14.44 WIB

PT Thorcon Power Indonesia akan membangun tujuh unit Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia dengan total kapasitas 3.500 megawatt (MW). Tujuh PLTN tersebut ditargetkan beroperasi atau commercial operation date (COD) sebelum 2035.

Direktur Operasi Thorcon Power, Bob S Effendi, mengatakan pihaknya telah menawarkan pembangunan PLTN pertama pemerintah yang ditargetkan beroperasi 2031.

“Kita menargetkan sampai 2035 mendapatkan kesempatan untuk (membangun) total 4 Gigawatt (GW),” ujarnya saat ditemui di sela acara HUT Thorcon Power, di Jakarta, Rabu malam (30/10).

Dia mengatakan, ThorCon Power sudah memberikan proposal kepada pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terkait pembangunan PLTN di Indonesia. Namun hingga saat ini belum ada respons dari pemerintah. Menurut dia, proyek PLTN baru bisa terlaksana jika sudah masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN.

 “Kita sudah memberikan proposal kepada Pemerintah baik melalui Dewan Energi Nasional, Menteri ESDM, dan PLN," ujarnya.

Tarif Listrik Terjangkau

Anggota Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto, mengatakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) diperlukan untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060. Keyakinan tersebut tak lepas dari proyeksi kebutuhan listrik yang meningkat pesat. Indonesia juga perlu mempertimbangkan sumber energi bersih yang mampu beroperasi secara 24 jam.

"Sudah kita hitung sedemikian rupa. Untuk mencapai net zero emission di 2060 atau lebih cepat, tanpa nuklir, hampir mustahil," ujar Sugeng saat ditemui di acara yang sama.

Mantan Ketua Komisi VII yang sebelumnya membidang energi tersebut mengatakan memaksimalkan potensi energi terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) masih belum mampu memenuhi kebutuhan listrik di masa depan.

Pasalnya, konsumsi listrik per kapita di Indonesia saat hanya mencapai 1.200 kWh saat ini. Sementara target Dewan Energi Nasional (DEN) adalah 5.000 kWh per kapita pada 2050. Dengan jumlah penduduk yang diperkirakan mencapai 320 juta, kebutuhan listrik nasional dipastikan akan melonjak.

Sugeng mengatakan Indonesia membutuhkan pembangkit listrik berkapasitas besar dan tergolong energi bersih. Nuklir merupakan sumber energi yang bisa menghasilkan listrik yang murah per kapitanya  karena bisa menghasilkan listrik 24 jam dalam jangka panjang.

Dia juga menanggapi kekhawatiran sumber daya uranium dan pengelolaan limbah nuklir. Indonesia bisa belajar dari  pengalaman negara-negara lain dalam pengelolaan nuklir.

"Sumber daya manusia kita sudah cukup. UGM saja, sudah mendidik kurang lebih 2000 S1 (Sarjana) nuklir. Kita juga punya reaktor yang merupakan reaktor riset, yang itu sama kurang lebih cara kerjanya dengan PLTN, yakni ada Siwabesi di Serpong, ada juga Kartini di Jogja," ucapnya.



Reporter: Djati Waluyo