Bauran Energi Terbarukan Diprediksi Capai 14% hingga Akhir 2024

ANTARA FOTO/Basri Marzuki/aww.
Sejumlah pengunjung berada di anjungan bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Balambano yang dikelola PT Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Sabtu (3/8/2024).
Penulis: Djati Waluyo
17/12/2024, 12.46 WIB

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memprediksi bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia akan mencapai 14,1% hingga akhir Desember 2024. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan, hingga pertengahan Desember 2024 capaian bauran energi terbarukan di Indonesia baru mencapai 13,9%.

"Jadi prognosis bauran (EBT) itu sekitar 14,1%," ujar Eniya saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Selasa (17/12).

Eniya mengatakan, target tersebut dapat dicapai dengan dua pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Ijen, Jawa Timur dan Gunung Salak, Jawa Barat dengan total kapasitas sebesar 50 megawatt (MW).

PLTP Salak Binari yang dikelola Star Energy akan segera beroperasi atau comisioning on date (COD) dengan kapasitas 15 MW. Adapun PLTP Ijen milik Medco Energi akan menyumbang kapasitas 35 MW.

Dalam waktu dekat, Indonesia juga akan mendapatkan tambahan kapasitas EBT dari PLTP Sorik Marapi di Sumatera Utara dengan kapasitas sebesar 41 MW. Eniya mengatakan, PLTP Sorik Marapi sudah mendapatkan sertifikat laik operasi (SLO). " PLTP Sorik Marapi ini sudah ada SLO yang terbit 15 Desember," ujarnya.

Sebelumnya, Eniya mengatakan realisasi bauran EBT baru mencapai 13,93% hingga semester I 2024. Padahal, target realisasi bauran EBT mencapai 19,5% hingga akhir 2024. Jika sampai akhir tahun ini bauran EBT hanya sebesar 14,1%, target yang ditetapkan pemerintah tidak tercapai. 

Target Bauran EBT 2025

Pada 2025, pemerintah menargetkan bauran EBT mencapai 23%. Eniya mengatakan, Indonesia membutuhkan pembangunan listrik hijau hingga 8.224,1 Megawatt (MW) untuk mencapai target tersebut. Pembangunan listrik hijau tersebut membutuhkan investasi sebesar Rp 216 triliun. Eniya mengungkapkan perlu komitmen investasi dan pembangunan infrastruktur demi mencapai target tersebut.

"Investasi salah satu yang terpenting yang belum tercapai, lalu komitmen untuk menjalankan investasi dan  infrastruktur juga kita dorong. Kita ingin adanya capaian yang lebih jelas lagi," ujar Eniya dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (11/9).

Adapun realisasi investasi subsektor EBTKE hingga semester I 2024 adalah US$ 580 juta atau 46,8% dari target 2024 sebesar US$ 1,23 miliar (Rp 19,77 triliun dengan kurs Rp 16.071/US$). Investasi tersebut terdiri atas berbagai macam jenis EBT, seperti biomassa, biogas, sampah, panas bumi, air, hidro, baterai, dan lainnya.

Reporter: Djati Waluyo