Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mencatat bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia baru mencapai 14% hingga akhir tahun 2024. Pencapaian bauran EBT ini masih jauh dari target yang ditetapkan pada tahun 2025 sebesar 23%.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan, bauran EBT yang sudah terpasang meningkat satu persen jika dibandingkan dengan capaian awal tahun 2024.
"Jadi capaian EBT kita kemarin 13,9 %, sekarang 14,1% target bauran EBT yang tercapai sudah tambah 1%," ujar Eniya dalam seminar, di Jakarta, Kamis (16/1).
Eniya mengatakan, pertumbuhan satu persen bauran EBT pada 2024 berasal dari tambahan energi hijau yang sudah di instalasi sebesar 872 Megawatt (MW). Adapun dari jumlah tersebut sebagian besar berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Meski mengalami pertumbuhan sebesar satu persen, namun Indonesia sampai dengan saat ini baru berhasil memanfaatkan potensi EBT sebesar 14,11 gigawatt (GW) atau hanya sebesar 0,38% dari total potensi yang ada sebesar 3,6 terawatt (TW).
"Ini potensi dari EBT yang saat ini terpasang, potensi kita itu 3.687 GW. Sekarang yang terpasang kapasitasnya baru 14.000 MW, jadi baru 0,38%," ujarnya.
Butuh Komitmen Investasi dan Pembangunan Infrastruktur
Pada 2025, pemerintah menargetkan bauran EBT mencapai 23%. Eniya mengatakan, Indonesia membutuhkan pembangunan listrik hijau hingga 8.224,1 Megawatt (MW) untuk mencapai target tersebut. Pembangunan listrik hijau tersebut membutuhkan investasi sebesar Rp 216 triliun.
Eniya mengungkapkan perlu komitmen investasi dan pembangunan infrastruktur demi mencapai target tersebut.
"Investasi salah satu yang terpenting yang belum tercapai, lalu komitmen untuk menjalankan investasi dan infrastruktur juga kita dorong. Kita ingin adanya capaian yang lebih jelas lagi," ujar Eniya, Rabu (11/9).
Adapun realisasi investasi subsektor EBTKE hingga semester I 2024 adalah US$ 580 juta atau 46,8% dari target 2024 sebesar US$ 1,23 miliar (Rp 19,77 triliun dengan kurs Rp 16.071/US$). Investasi tersebut terdiri atas berbagai macam jenis EBT, seperti biomassa, biogas, sampah, panas bumi, air, hidro, baterai, dan lainnya