Sektor Energi Terbarukan Berpotensi Cetak 760 Ribu Lapangan Kerja Hijau

Freepik.com
Ilustrasi lapangan pekerjaan hijau (green jobs)
Penulis: Hari Widowati
19/6/2025, 09.42 WIB

Indonesia berpotensi menciptakan 760 ribu lapangan kerja hijau atau green jobs dari pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) dalam sepuluh tahun ke depan. Peluang tersebut terdapat dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN Periode 2025-2034.

"Saya harapkan nanti di sektor akademisi mempersiapkan sumber daya manusia yang bisa bekerja di sektor nuklir, di sektor hidro, sampah, surya, panas bumi, pumped storage, angin, biomassa, biogas, dan laut," kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi dalam diskusi di Jakarta, Rabu (18/6).

Secara spesifik, Eniya menyebutkan, energi terbarukan seperti tenaga surya diperkirakan akan menyerap 348.057 pekerjaan. Peluang lainnya meliputi 94.195 pekerjaan dari pumped storage, 68.193 dari sistem penyimpanan energi baterai (BESS), 58.938 dari energi angin, dan 42.700 dari panas bumi.

Untuk sepuluh tahun ke depan, akan ada kebutuhan 485.000 lapangan kerja hijau selama tahap prakonstruksi dan konstruksi. Selain itu, ada kebutuhan 31.000 pekerjaan untuk operasi dan pemeliharaan, serta 243.000 pekerjaan di sektor manufaktur EBT.

Pemerintah menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 GW hingga 2034 melalui RUPTL 2025-2034. Sekitar 76% dari kapasitas ini akan berasal dari energi baru terbarukan (EBT) serta sistem penyimpanan energi seperti baterai dan pumped storage.

Pembangunan Pembangkit EBT Lebih Gencar di Lima Tahun Kedua

Dalam lima tahun pertama, PLN merencanakan pembangunan pembangkit sebesar 27,9 GW. Rinciannya mencakup 9,2 GW dari pembangkit berbahan bakar gas, 12,2 GW dari EBT, 3 GW untuk sistem penyimpanan, dan 3,5 GW dari pembangkit batu bara yang sedang dalam tahap akhir konstruksi.

Memasuki lima tahun kedua, fokus akan bergeser secara signifikan ke EBT dan penyimpanan energi, dengan target 37,7 GW atau 90% dari total kapasitas yang direncanakan. Sisanya, sebesar 3,9 GW, masih akan berasal dari pembangkit berbasis fosil, seperti batu bara dan gas.

Jenis pembangkit EBT yang akan dikembangkan meliputi tenaga surya sebesar 17,1 GW, angin 7,2 GW, panas bumi 5,2 GW, hidro 11,7 GW, dan bioenergi 0,9 GW. Indonesia juga akan mulai memperkenalkan energi nuklir dengan pembangunan dua reaktor kecil berkapasitas masing-masing 250 MW di Sumatera dan Kalimantan.

"Secara keseluruhan, RUPTL PLN ini membuka peluang investasi senilai Rp 2.967,4 triliun," kata Eniya. Dana ini akan dialokasikan untuk pembangunan pembangkit, jaringan transmisi, distribusi, dan program kelistrikan desa.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Antara