Hyundai Engineering and Construction (Hyundai E&C) mengumumkan keluar dari seluruh bisnis yang berkaitan dengan batu bara. Perusahaan konstruksi asal Korea Selatan ini memutuskan untuk menghentikan investasi dan konstruksi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara, baik di dalam maupun luar negeri.
Seperti yang tertera dalam Hyundai E&C Vision 2025, perusahaan ini secara perlahan akan transisi dari penggunaan energi 'kotor'. Bahkan departemen yang menangani bisnis batu bara telah bertransformasi menjadi departemen energi terbarukan.
Namun, anak usaha Hyundai ini menyatakan akan tetap melanjutkan proyek PLTU terakhirnya di Vietnam, yakni PLTU Quang Trach 1 yang berkapasitas 1.200 megawatt (MW).
"Kami telah mengerjakan proyek ini selama 10 tahun terakhir dengan pemerintah Vietnam, tetapi ini akan menjadi pembangkit listrik batu bara terakhir kami," kata Park Wonchul, juru bicara Hyundai E&C, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (27/7).
Keputusan ini pun memanen banyak kritikan. Salah satunya dari direktur program organisasi non-profit Solutions for Our Climate (SFOC), Sejong Youn. Dia mendesak agar Hyundai mundur dari proyek tersebut karena bertentangan dengan komitmennya sendiri untuk menarik diri dari bisnis batu bara.
Youn menilai keputusan Hyundai E&C untuk tetap melanjutkan proyek PLTU Quang Trach 1 mencoreng integritas perusahaan dan merusak reputasi yang mereka bangun. Khususnya sebagai perusahaan yang progresif dan berkelanjutan.
“Jika proyek ini tetap dilanjutkan, maka Hyundai E&C telah mengkontradiksi visi ESG ‘2050 Global Green One Pioneer’ mereka sendiri,” katanya melalui keterangan tertulis. Simak databoks berikut:
Keputusan tersebut juga tidak sejalan dengan komitmen pemerintah Korea Selatan untuk mengakhiri pendanaan batu bara di luar negeri. Meski begitu, pemerintah Korea Selatan juga dinilai tidak menjaga komitmen dengan tetap melanjutkan pendanaan pada proyek PLTU batu bara Jawa 9 & 10 di Indonesia dan Vung Ang 2 di Vietnam.
Sebagai informasi, keputusan Hyundai E&C keluar dari bisnis batu bara merupakan bagian dari program corporate social responsibility (CSR) perusahaan dalam merespon permasalahan perubahan iklim global.
Pekan lalu, Komite Tata Kelola Hyundai E&C Sung-dung Park, Direktur Eksekutif Young-joon Yoon, dan Direktur Operasi Pembangkit Won-woo Lee menandatangani surat yang bertajuk "Hyundai E&C Declaration on Coal Exit".
Dalam surat tersebut, Hyundai E&C juga menyebutkan telah meluncurkan Hyundai E&C Sustainability Steering Community pada Oktober 2020 dan pengaturan skema ESG untuk mempromosikan sustainable management.