Iklim investasi pada industri baterai listrik di Indonesia rupanya semakin menarik. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut ada tujuh negara yang tertarik berinvestasi di industri baterai kendaraan listrik nasional.
"Setidaknya terdapat enam hingga tujuh negara yang berminat untuk bermain di industri baterai mobil listrik RI. Beberapa diantaranya seperti Eropa, Tiongkok, dan Asia Tenggara," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (17/9).
Hingga saat ini baru Tiongkok yang sudah merealisasikan minat tersebut, yakni melalui Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL). Namun Bahlil menyebutkan bahwa dalam waktu dekat ini pemerintah akan mengumumkan calon investor baru asal Eropa.
Meski demikian Bahlil tak mau membeberkan lebih jauh sebelum perusahaan calon investor asal Eropa itu benar-benar menekan perjanjian kerja sama dengan Indonesia.
Selain dari Eropa, satu investor yang berasal dari Asia Tenggara juga ditargetkan akan meneken kontrak kerja sama investasi pada Oktober tahun ini. Soal ini lagi-lagi Bahlil enggan membeberkan lebih detail calon investor tersebut.
"Kami di Kementerian Investasi mempunyai protap (prosedur tetap) sudah teken baru diumumkan atau minimal sudah diyakini benar masuk baru kita umumkan, kalau setengah setengah kita gak mau membukanya," ujarnya.
Dengan masuknya investasi ketujuh negara tersebut, Bahlil berambisi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara pusat produsen mobil listrik. Apalagi Indonesia memiliki cadangan nikel sebagai bahan baku pembuatan baterai mobil listrik yang cukup besar. "Harusnya kita bermimpi besar, gak benar kalau cuma Korea saja," katanya.
Untuk diketahui, pemerintah baru saja meresmikan groundbreaking pabrik baterai listrik PT HKML Battery Indonesia di Karawang, Bekasi, Jawa Barat. Presiden Joko Widodo mengatakan pabrik baterai itu menjadi yang pertama di Asia Tenggara.
Adapun, nilai investasi pabrik tersebut mencapai US$ 1,1 miliar atau Rp 15,68 triliun (kurs Rp 14.257/US$). Presiden mengatakan, pembangunan pabrik baterai ini merupakan wujud keseriusan pemerintah untuk hilirisasi industri.
Proyek pabrik baterai kendaraan listrik yang berada di Karawang, Jawa Barat ini merupakan kerja sama antara LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group dengan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC).
Saat ini produksi baterai kendaraan listrik, khususnya yang berjenis lithium-ion, secara global masih terkonsentrasi di empat negara, yakni Amerika Serikat (AS), Tiongkok, Korea Selatan, dan Polandia.
Tiongkok merupakan produsen terbesar baterai lithium ion dunia, dengan kapasitas 16,4 Gigawatt hour (GWh) pada 2016, yang diprediksi akan meningkat menjadi 107,5 GWh pada 2020 atau tumbuh hampir enam kali lipat.
Korea Selatan berada di posisi kedua pada 2016 dengan kapasitas produksi baterai lithium-ion 10,5 GWh. Pada 2020, total kapasitas produksi baterai tersebut akan mencapai 23 GWh atau dua kali lipat dari 2016.
Namun, posisi Korsel pada 2020 akan digeser oleh AS.Kapasitas produksi baterai lithium AS pada 2016 baru sebesar 1 GWh. Angka ini akan meningkat 37 kali lipat menjadi 38 GWh pada 2020 atau terbesar kedua di dunia. Selengkapnya simak databoks berikut: