PT Adaro Energy Indonesia Tbk adalah produsen batu bara terbesar kedua di Indonesia. Fakta ini tidak membuat Adaro menggantungkan sepenuhnya ke batu bara. Ancaman perubahan iklim membuat Adaro bertransisi.
Mulai tahun lalu, Adaro fokus melakukan transisi bisnisnya terutama ke sumber energi lebih hijau. Pada akhir 2021, Adaro mengumumkan keterlibatannya dalam Kawasan Industri Hijau atau Green Industrial Park di Kalimantan Utara.
Adaro juga berencana membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di berbagai lokasi di Indonesia. Selain itu, Adaro berencana untuk terlibat dalam rantai pasok mobil listrik lewat bisnisnya.
Usaha transisi Adaro ini membuatnya menerima “Katadata Green Initiative Awards” untuk bidang pertambangan dan energi. Penghargaan ini adalah bentuk apresiasi untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki berbagai inisiatif untuk meningkatkan dampak bagi lingkungan dan menciptakan sistem yang berkelanjutan.
“PT Adaro Energy Tbk menerima award karena inisiatif diversifikasi bisnis ke segmen energi hijau, penerapan teknologi ramah lingkungan untuk pembangkit, dan peningkatan porsi EBT dalam bauran energinya,” sebut Katadata Insight Center (KIC) saat memberikan penghargaan, 1 Desember 2022.
Aluminium Hijau di Kalimantan Utara
Kawasan Industri Hijau adalah proyek andalan Presiden Joko Widodo di Kalimantan Utara. Kawasan yang digadang-gadang sebagai kawasan industri terbesar Indonesia ini memiliki luas 30 ribu hektare (ha).
Sesuai namanya, kawasan industri ini beroperasi dengan menerapkan teknologi maupun produksi ramah lingkungan. Kawasan ini memiliki potensi investasi sebesar Rp1.848 triliun.
Keterlibatan Adaro dalam Kawasan Industri Hijau terlihat dari pembangunan smelter atau pemurnian aluminium hijau. Adaro berinvestasi sebesar Rp10,4 triliun untuk pembangunan smelter tersebut.
Pembangunan smelter aluminium ini adalah bagian dari mimpi Adaro untuk menjadi bagian dari ekosistem industri mobil listrik dunia. Ini karena produksi baterai dan mobil listrik membutuhkan pasokan aluminium.
Dengan pabrik ini, Adaro akan memproduksi aluminium ramah lingkungan yang mempunyai nilai jual lebih mahal dibandingkan dengan aluminium biasa.
Kerja Sama dengan Hyundai
Awal bulan ini, cita-cita Adaro terlibat dalam rantai pasok mobil listrik pun terwujud di Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Nusa Dua, Bali. Hyundai mengumumkan kerja samanya dengan Adaro untuk memasok aluminium untuk produksi mobilnya.
Pasokan aluminium untuk Hyundai akan dilakukan oleh anak usaha Adaro Minerals Indonesia yaitu PT Kalimantan Aluminium Industry. Aluminium Adaro juga akan dipakai untuk Hyundai yang menjadi satu-satunya pabrikan otomotif yang memproduksi mobil listrik di Indonesia.
Adaro dipilih sebagai pemasok aluminium karena produknya yang rendah karbon. Aluminium produksi Adaro akan diproduksi menggunakan listrik tenaga air dan sesuai dengan kebijakan netralisasi karbon Hyundai.
Presiden Direktur Adaro Minerals Indonesia Christian Ariano Rachmat mengatakan, kerja sama ini adalah bentuk kepercayaan investor terhadap proses hilirisasi mineral di Indonesia. Adapun, produksi aluminium hijau ini akan dimulai pada kuartal pertama 2025.
Inisiatif Adaro Green
Produksi aluminium di Kalimantan Utara ini akan dipasok PLTA dan PLTS yang ramah lingkungan milik Adaro. Ini akan menjadi bagian dari bisnis hijau terintegrasi yang dikembangkan Adaro di kawasan tersebut.
Sebelumnya, Adaro sudah memiliki PLTS dengan skala kecil di Kalimantan Selatan. Adaro akan mengembangkan PLTS lainnya di Batam dan Bintan.
Terbaru, Adaro juga baru memenangkan proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) di Tanah Laut, Kalimantan Selatan. PLTB ini memiliki kapasitas 70 megawatt (MW).
Sumber-sumber energi baru dan terbarukan (EBT) ini yang menjadi fokus perusahaan ke depannya. CEO Adaro Energy Indonesia Garibaldi Thohir mengatakan, ini adalah salah satu pilar bisnis perusahaannya yang disebut Adaro Green.
“Ini juga akan semakin meningkatkan kontribusi untuk masa depan Indonesia yang lebih hijau,” kata pria yang juga akrab disapa Boy Thohir ini dalam penandatanganan surat penunjukan proyek, pada 18 November 2022.
Transisi Adaro dari batu bara ke EBT tidak akan terjadi dalam 1-2 tahun. Boy memproyeksikan Adaro membutuhkan 10-15 tahun untuk mewujudkan visinya tersebut. Usaha-usaha hari ini adalah bagian dari pemenuhan visi tersebut.