Produsen mobil Amerika Serikat (AS), Ford Motor Co., resmi berinvestasi pada ekosistem industri kendaraan listrik di Indonesia dengan menandatangani kesepakatan dengan PT Vale Indonesia Tbk dan Zhejiang Huayou Cobalt untuk bergabung dalam proyek pabrik pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) nikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.
Smelter dengan total investasi senilai US$ 4,5 miliar atau sekitar Rp 67,6 triliun (asumsi kurs Rp 15.022 per dolar AS) tersebut menggunakan teknologi high-pressure acid leaching (HPAL) tersebut akan memproduksi 120.000 ton mixed hydroxide precipitate (MHP) per tahun.
MHP merupakan salah satu bahan baku penting untuk membuat baterai kendaraan listrik. Langkah Ford ini sebagai upaya untuk mengamankan bahan baku tersebut seiring target mereka untuk memproduksi 2 juta unit mobil listrik per tahun pada 2026, dan untuk mengejar ketertinggalannya dengan pemimpin masar mobil listrik saat ini, Tesla..
“Perjanjian final yang ditandatangani merupakan penyertaan modal Ford untuk investasi smelter HPAL Pomalaa,” kata Direktur Utama Vale Febriany Eddy dalam penandatanganan kesepakatan bersama Ford dan Zhejiang Huayou Cobalt di Sorowako, Sulawesi Selatan, pada Kamis (30/3).
Dia tidak mengungkapkan berapa besaran investasi maupun porsi saham yang akan digenggam Ford. Namun dia memastikan Vale akan menggenggam saham 30% dalam proyek tersebut, dan sisanya dikuasai Ford dan Huayou. Sebelumnya Financial Times melaporkan bahwa Ford akan menggenggam saham 17% dan Huayou 53%.
Meskipun Ford dan Huayou menolak mengonfirmasi besaran saham yang akan mereka kuasai pada proyek tersebut usai penandatanganan kesepakatan kemarin.
Sebagai informasi Ford berencana menginvestasikan lebih dari US$ 50 miliar (sekitar Rp 750 triliun) untuk mengembangkan segmen kendaraan listrik secara global hingga tahun 2026, dengan target produksi 600.000 unit kendaraan listrik secara global pada akhir 2023 dan 2 juta unit pada 2026.
Pada pertengahan 2022, Ford telah mengamankan 100% kapasitas sel baterai tahunan yang diperlukan untuk mendukung target 2023, dan 70% yang dibutuhkan untuk mendukung target 2026. Bagi Ford, investasi di smelter nikel HPAL Pomalaa bersama Vale dan Huayou merupakan yang pertama di kawasan Asia Tenggara.
Bagaimana Tesla?
Tesla sejak pertengahan 2019 telah santer dikabarkan akan berinvestasi di Indonesia. Tesla disebut tertarik untuk membangun pabrik baterai kendaraan listrik di Morowali, Sulawesi Tengah.
Pemerintah juga berkali-kali mengirim utusan untuk melobi bos Tesla Elon agar mau berinvestasi di Indonesia. Namun hingga kini belum ada kepastian Tesla akan berinvestasi di Indonesia. Tesla malah berniat membuka kantor di Malaysia untuk mengimpor mobil listrik ke tetangga Indonesia itu.
Tesla juga disebut akan membangun jaringan stasiun pengisian daya untuk mobil listriknya di Malaysia. “Permohonan Tesla untuk mengimpor kendaraan listrik baterai ke Malaysia telah disetujui. Perusahaan juga akan membuka showroom dan pusat layanan,” kata Kementerian Perdagangan Malaysia beberapa waktu lalu, Selasa (14/3).
Sementara untuk rencana investasi di Indonesia, Menteri Korrdinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa Indonesia sedang dalam negosiasi tahap akhir dengan Tesla dan produsen mobil listrik Cina, BYD.
Luhut berharap insentif kendaraan listrik yang diluncurkan pemerintah dapat membuat posisi Indonesia lebih kuat untuk menarik investor kakap seperti Tesla. Menurut dia, Tesla masih tertarik membangun pabrik di Asia Tenggara dengan kapasitas produksi satu juta mobil per tahun.
Meskipun belum jelas di negara Asia Tenggara mana Tesla akan membangun pabriknya itu. Apalagi mereka baru membangun pabrik di Meksiko. “Meksiko adalah halaman belakang Amerika, jadi tentu saja mereka akan membangun pabrik di sana,” kata Luhut beberapa waktu lalu, Senin (7/3).