Sektor perbankan disebut telah memainkan peran penting dalam upaya mengurangi emisi karbon di Indonesia. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, pada semester 1-2023 sektor perbankan telah menyalurkan ratusan triliun rupiah dalam bentuk kredit hijau.
“Sektor perbankan punya kapasitas yang besar untuk membiayai proyek pengurangan emisi. Beberapa bank di Indonesia pada paruh pertama 2023 sudah menyalurkan kredit hijau, pembiayaan kredit hijau mulai dari EBT, office building hijau, hingga kendaraan listrik,” ujarnya dalam acara Bloomberg Technoz Ecofest di Jakarta, Rabu (27/9).
Selain itu, dia mengatakan berbagai lembaga negara juga sudah memberikan insentif untuk membantu pengembangan pembiayaan transisi energi. Pemerintah juga terus mendorong penambahan biaya tersebut.
Adapun pemerintah yang telah mendorong hal itu yakni, Kementerian Keuangan yang telah menyusun kebijakan fiskal, Bank Indonesia (BI) punya kebijakan makroprudensial, serta Otorita Jasa Keuangan (OJK) yang sudah meresmikan perdagangan bursa karbon pada Selasa, 26 September 2023.
“Kalau lembaga seperti LPS sendiri, kami yang menjamin dana nasabah. Jadi apa yang bisa dilakukan untuk mendukung ekonomi hijau," kata Yudhi.
Yudhi mengatakan, LPS juga memberikan dukungan untuk transisi energi melalui kebijakan investasi instrumen obligasi yang hijau, dan mendorong penanaman mangrove, “Kami masukkan ke obligasi hijau itulah. Kami fasilitasi juga investasi hijau, mempertemukan pelaku usaha dengan konservasi alam,” ujarnya.
Di sisi lain, dia mengatakan pemerintah perlu mengingat, apakah kebijakan untuk transisi energi menuju energi bersih ini sudah tepat atau belum. Pasalnya, Indonesia memiliki target bauran emisi sebesar 23% pada 2025, namun hingga saat ini baru tercapai 12,5% dan permasalahan polusi udara belum juga selesai.
Kementerian ESDM melaporkan bahwa sepanjang tahun ini, hingga Juli 2023, Indonesia berhasil menurunkan emisi karbon dan gas rumah kaca hingga 118 juta ton. Capaian tersebut 32,9% dari target penurunan emisi tahun ini sebesar 358 juta ton.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi mengatakan, Kementerian ESDM bersama para stakeholder telah melakukan berbagai program dalam upaya menurunkan emisi gas rumah kaca, salah satunya pemanfaatan tenaga surya yang potensinya besar di Indonesia.
“Kita punya target menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 358 juta ton pada 2023, ke depan upaya kita ini tentunya bersama akan semakin mengurangi emisi karbon,” ujar Yudo dalam acara Forum Sinergi BUMN-Swasta, Jakarta, Senin (14/8).
Dia menambahkan bahwa ke depannya Kementerian ESDM juga akan semakin mementingkan transisi energi yaitu, penggunaan dari fosil menuju energi baru terbarukan (EBT) salah satunya seperti penggunaan kendaraan listrik yang sedang dorong oleh pemerintah.
Dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) Indonesia terbaru, RI menaikkan target pengurangan emisi dari 29% menjadi 31,89% di tahun 2030 mendatang melalui kemampuan sendiri. Target penurunan emisi gas rumah kaca dari hasil kerja sama internasional juga dinaikkan dari 41% menjadi 43,2%.