Generasi milenial hingga Gen Z saat ini mengeluhkan ketersediaan lapangan kerja. Kepala Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak mendorong pemerintah yang akan datang segera melakukan transisi energi demi menciptakan lapangan kerja di sektor ekonomi hijau atau green jobs.
“Kita punya harapan dengan melakukan terobosan-terobosan fundamental kepada ekonomi kita,” kata Leo dalam diskusi bertajuk Muda Menggugat dan Peluncuran Deklarasi Ekonomi Hijau Greenpeace Indonesia, di Toeti Heraty Museum, Jakarta Pusat, Senin (5/2).
Leo mengatakan Indonesia harus segera meninggalkan ekonomi ekstraktif dalam sepuluh tahun ke depan. Ekonomi ekstraktif adalah jenis pembangunan ekonomi dengan jalan mengeruk sumber daya alam berupa tambang, lahan, kayu, dan laut.
“Dengan meninggalkan ekonomi ekstraksi dan beralih ke ekonomi hijau akan menaikkan produk domestik bruto (PDB) secara signifikan,” ujar Leo.
Leo menuturkan dengan beralih ke ekonomi hijau, Indonesia membuka banyak lapangan kerja hijau atau greenjobs. Hasil temuan Center of Economics and Law Studies (CELIOS) dan Greenpeace Indonesia menunjukkan peralihan ke ekonomi berkelanjutan diramal mampu membuka hingga 19,4 juta lapangan kerja baru.
Lapangan kerja baru ini antara lain dari sektor pengembangan energi terbarukan, pertanian, kehutanan, perikanan, dan jenis-jenis industri ramah lingkungan lainnya.
Hal senada juga disampaikan Juru Kampanye Media Greenpeace Indonesia Rahka Susanto. Rahka mengatakan isu sosial yang menjadi fokus anak muda saat ini adalah terbatasnya lapangan kerja. “Ini yang tergambarkan di Jawa maupun luar Jawa. Sebagian besar mengeluhkan ketersediaan lapangan kerja,” kata Rahka.
Rahka mengatakan dengan melakukan transisi energi, Indonesia dapat menyerap pekerjaan dari ekonomi hijau secara signifikan. Ia menuturkan pertanian, kehutanan dan perikanan menjadi sektor paling besar dalam membuka lapangan kerja.
“Anak-anak muda yang berada di desa tidak perlu lagi pindah ke Jakarta maupun kota besar hanya untuk bekerja. Mereka bisa mendapatkan pekerjaan di kampung halamannya sendiri,” ucapnya.
Sementara itu, ketiga calon presiden dan wakil presiden memiliki pandangan tersendiri dalam menciptakan lapangan kerja untuk anak muda. Dewan Pakar Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo - Mahfud MD, Satya Heragandhi berkomitmen untuk memberikan 17 juta lapangan kerja.
“Tadi dibilang ada peluang kerja 19,4 juta lapangan kerja. Kami melihat 17 juta (penduduk) wajib dan harus dibikinkan segera lapangan kerja,” kata Satya. Selain itu, Satya menuturkan paslon nomor urut 3 akan meninggalkan ekonomi ekstraksi dan beralih ke ekonomi hijau.
“Ekonomi hijau adalah ekonomi kita sekarang dan masa depan. Ekonomi ekstraksi adalah sejarah atau ekonomi terdahulu. Kalau kami melihatnya masalah ini harus kita carikan jalan keluar bersama,” ujarnya.
Selanjutnya, Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming TPN Prabowo, Drajad Wibowo menargetkan akan menyediakan lapangan kerja sebanyak 18 juta. “Lima juta di antaranya greenjobs langsung, bukan yang tidak langsung,” kata Drajad. Hal ini menunjukkan komitmen paslon nomor urut 2 untuk menggenjot transisi hijau.
Sementara itu, Juru Bicara Muda Timnas AMIN, Andi Wirapratama, mengatakan paslon nomor urut 1 memiliki komitmen untuk membangun manufaktur hijau untuk menciptakan lapangan kerja. Manufaktur hijau atau berkelanjutan adalah konsep yang berfokus pada pembaruan proses produksi dan operasional yang bertujuan untuk menjadi lebih ramah lingkungan dalam industri manufaktur.
“Kita ingin membangun manufaktur hijau dan akan menciptakan 15 juta lapangan kerja. Di mana lapangan kerja salah satunya greenjobs,” kata Andi.
Andi mengatakan paslon nomor 1 akan melakukan transisi energi dengan mengembangkan pembangkit energi panas bumi, energi surya, energi angin, dan lain sebagainya. “Itu akan menyerap banyak lapangan kerja. Misalkan, saat membangun PLTS itu berapa banyak teknisi yang bisa kita kerjakan untuk di greenjobs itu,” ucapnya.